116 Tri Wulandari Kesetyaningsih, dkk., Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual, Sikap Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual, Sikap dan Perilaku Seks Bebas pada Siswa Sekolah Menengah Atas Islam dan Umum di Yogyakarta Knowledge of Sexually Transmitted Diseases, Attitudes toward Free Sex and Free Sex Behavior in Islamic and General High School Students in Yogyakarta Tri Wulandari Kesetyaningsih,1* Ana Majdawati,2 Sri Sundari1 1 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: kesetyaningsih@umy.ac.id Abstrak Penyakit menular seksual/PMS berkaitan dengan perilaku seksual tidak sehat. Siswa SMA berusia remaja, memiliki dorongan seksual tinggi. Islam mengatur perilaku seksual dalam kitab suci. Kurikulum pendidikan agama di SMA Islam lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku seksual antara siswa SMA Islam dan umum. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan subyek siswa SMA sebanyak 288 orang. Skor pengetahuan, sikap dan perilaku diperoleh dari kuesioner dan dianalisis dengan Anova untuk mengetahui perbedaan variabel diantara siswa. Hasil menunjukkan skor Pengetahuan: Islam putri 64,56; umum 60,02; Islam putra 55,73). Ada perbedaan pengetahuan diantara siswa (p= 0,008) tetapi antara Islam putra-umum tidak berbeda. Sikap: Skor Islam putri 98,75; umum 93,50; Islam putra 92,82. Ada perbedaan sikap diantara siswa (p=0,002); tetapi antara Islam putra-umum tidak berbeda (p=0,072). Perilaku: 13-45% siswa memiliki pacar; 0-2% melakukan koitus (umum 2%, Islam putra 1,1%, Islam putri 0%). Disimpulkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap dan perilaku siswa SMA Islam putri lebih baik daripada siswa SMA umum dan siswa SMA Islam putra. Siswa SMA umum lebih banyak berperilaku seksual tidak sehat daripada siswa SMA Islam putra maupun putri. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku seksual remaja, PMS, Islam Abstract Sexually transmitted diseases are associated with unhealthy sexual behavior. High school (SMA) students are teenagers which have a high sex drive. Islam regulates sexual behavior in the scriptures. Religious education in Islamic SMA is more than in general. This study aims to reveal differences in knowledge, attitudes and sexual behavior between Islamic and general high school students. This re- search is an analytic survey with the subjects of 288 high school students. Score of knowledge, attitude and behavior obtained from questionnaire and analyzed by Anova to know the difference of variables among students. The knowledge’s scores are: Islamic female 64.56; general 60.02; Islamic male 55.73). There is differs among students (p = 0.008) but Islamic male-general is no different. Attitude’s score are: Islamic female 98.75; general 93.50; Islamic male 92.82. There is differs among students (p = 0.002) but Islamic male-general is no different (p = 0.072). Behavior: 13-45% of students have boy/girlfriends; 0-2% did coitus (general 2%, Islamic male 1.1% and Islamic female 0%). It was concluded that knowledge about reproductive health, attitudes and behavior of female high school students of Islam is better than general high school students and high school students of Islam. Students from general high schools are more sexually unhealthy than male and female students from Islamic High School. Key words: knowledge, attitude, adolescent sexual behavior, STD, Islam ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 15 No. 2: 116-123, Mei 2015 117 Mutiara Medika Vol. 15 No. 2: 116-123, Mei 2015 PENDAHULUAN Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang penularannya melalui hubungan seksual. Kejadiannya berkaitan dengan perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab, seperti seks bebas.1 Siswa sekolah menengah atas (SMA) rata-rata berusia remaja, yaitu usia yang mulai memiliki ke- sadaran dan dorongan melakukan aktivitas seksual yang mulai meningkat.1 Hal ini menyebabkan siswa SMA menjadi golongan yang rentan terkena penyakit ini apabila tidak dilakukan pencegahan. Angka dari SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa hanya 15% remaja yang tidak pernah memiliki pacar, bahkan 25% remaja telah mulai berpacaran pada usia 12 tahun. Memiliki pacar merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku seksual pranikah (3x lebih besar), dan alasan utama melakukan hubungan seksual pranikah adalah rasa ingin tahu (54%).2 Tidak ada satupun agama di dunia yang menghalalkan hubungan seksual di luar pernikahan. Dalam Islam, masalah perilaku seksual yang sehat telah diatur baik dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Di antaranya dalam QS Al Israa’: 32 “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang amat buruk”; hukum-hukum mengenai pergaulan antara laki-laki dan wanita yang bukan ‘mahrom’ (QS An Nuur: 30-33); hukum-hukum tentang pergaulan dan perzinahan (QS An Nuur: 1-3) dan masih banyak peraturan tentang hubungan laki-laki dengan wanita dan akibatnya baik di dunia maupun di akhirat. Sekolah menengah atas Islam merupakan lem- baga pendidikan bertujuan untuk memberikan pen- didikan, pendalaman dan penghayatan nilai-nilai Is- lam, dan penguasaan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempersiapkan kader-kader generasi yang berkualitas dan memiliki bekal ilmu agama yang memadai. Kurikulum pendidikan di SMA Islam berdasarkan kurikulum Madrasah Aliyah (MA) ditambah muatan lokal. Kurikulum untuk MA memiliki beban ilmu agama lebih banyak daripada SMA umum, yaitu Al qur’an, Hadits, Akidah, Akhlak, Fikih.3 Dengan mempelajari ilmu agama yang lebih, diharapkan siswa MA ataupun SMA Islam memiliki pemahaman tentang hukum-hukum Islam termasuk yang mengatur hubungan laki-laki dengan wanita sehingga memiliki sikap dan perilaku seksual yang lebih baik daripada siswa SMA umum. Perilaku seksual yang sehat dapat mencegah PMS. Pene- litian ini bertujuan untuk mengungkap perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku yang berkaitan de- ngan penyakit menular seksual antara siswa SMA umum dengan SMA Islam. Diharapkan hasil pene- litian ini dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku remaja khususnya siswa SMA baik yang bermuatan Islam maupun yang umum. BAHAN DAN CARA Penelitian ini bersifat non eksperimental, berupa survai analitik. Subyek penelitian adalah siswa kelas 2 sekolah setara SMA Islam putra dan SMA Islam putri di Yogyakarta mewakili siswa yang mendapat- kan pendidikan agama secara formal lebih banyak dan siswa kelas 2 SMA Umum di Yogyakarta me- wakili siswa yang mendapatkan pendidikan agama secara formal standar. Variabel bebas penelitian ini adalah SMA umum dan SMA Islam putra dan putri, sedangkan variabel tergantungnya adalah pengetahuan, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit menular 118 Tri Wulandari Kesetyaningsih, dkk., Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual, Sikap seksual. Adapun variabel pengganggu yang diambil sebagai data tambahan adalah pendidikan formal orang tua dan nilai rapor semester terakhir siswa. Data skor pengetahuan, sikap dan perilaku didapatkan dari kuesioner yang dalam pengisiannya dilakukan secara tertutup dan dipandu oleh peneliti. Data berupa skor pengetahuan, sikap dan perilaku dari kuesioner dianalisis dengan Anova untuk menguji signifikansi perbedaan antar kelompok siswa yang diteliti. Signifikansi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel tergantung diuji dengan chi-squares. HASIL Pengetahuan. Penelitian ini dilakukan Bulan Maret 2004, berhasil mengumpulkan 288 responden, masing-masing secara berurutan 100 responden dari SMA umum, 100 responden dari SMA Islam putri dan 88 responden dari SMA Islam putra. Berdasarkan kuesioner, diperoleh data skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual (Tabel 1). Skor pengetahuan dalam penelitian ini dikelom- pokkan dalam 3 kategori yaitu rendah (0-33), sedang (33,1-66,0), dan tinggi (66,1-100). Hasil kategori disajikan pada Tabel 2. Sikap. Penilaian terhadap sikap remaja pada penelitian ini masih sangat terbatas. Sikap remaja digambarkan dalam bentuk pandangan responden terhadap beberapa masalah mengenai perilaku seksual yang berkaitan dengan norma agama dan sosial. Data ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 1. Rata-rata skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual pada siswa sekolah menengah atas Kategori Sekolah n Rata-rata skor pengetahuan (± SD) SMA Islam putra 88 55,73 (± 18,21) SMA Islam putri 100 64,56 (± 16,43) SMA umum 100 60,02 (± 17,75) Total 288 60,44 (± 17,72) Tabel 2. Kategori skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual pada siswa sekolah menengah atas Kategori skor pengetahuan Jenis Sekolah Mualimin Mualimat SMA umum Rendah (0-33) 13,6% 7% 8% Sedang (33,1-66,0) 60,2% 46,0% 62,0% Tinggi (66,1-100) 26,1% 47,0% 30,0% Tabel 3. Persen tase pen dapat si swa seko lah menengah atas mengen ai p eril aku seksual dan meto de penyampaian informasi tentang pengetahuan seksual dan penyakit menular seksual Hal Jenis sekolah (%) Mualimin Mualimat SMA umum Total S TS TT S TS TT S TS TT S TS TT perilaku seksual Pembenaran seks dalam ikatan pernikahan 98,9 0 1,1 100 0 0 99 1,0 0 99,3 0,3 0,3 Pembenaran seks di luar nikah asal dengan satu pasangan dan jenis kelamin berbeda 6,8 90,9 2,3 0 100 0 10 89 1 5,6 93,4 1 Pembenaran seks di luar nikah asal menggunakan kondom 6,8 92 1,1 2 98 0 12 86 2 6,9 92,0 1 metode penyampaian informasi Pendidikan formal di sekolah 91,96 8,04 0 94 6 0 97 3 0 94,92 5,68 0 Perlu bimbingan orang tua 88,5 11,5 0 98 2 0 83 7 0 89,83 6,83 0 Cukup melalui media 21,8 78,2 0 8 82 0 12 88 0 13,9 82,7 0 S: setuju; TS: tidak setuju; TT: tidak tahu 119 Mutiara Medika Vol. 15 No. 2: 116-123, Mei 2015 Pandangan responden tersebut di atas kemu- dian diskor agar dapat di analisis secara statistik. Masing-masing item diberi skor 25 jika pendapatnya sesuai dengan norma agama dan norma sosial, dan diberi skor 0 jika pendapatnya tidak sesuai dengan norma agama dan sosial. Dalam segmen ini, tidak ada responden yang menjawab tidak tahu. Dalam penelitian ini juga digali mengenai pendapat remaja siswa sekolah menengah atas mengenai system penyampaian informasi tentang pengetahuan seksual dan penyakit menular yang mereka kehendaki. Perilaku. Eksplorasi data perilaku yang berkait- an dengan risiko penyakit menular seksual yang dilakukan juga masih sangat terbatas. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner didapat- kan gambaran perilaku seksual remaja khususnya siswa sekolah menengah atas sebagaimana ditam- pilkan pada Tabel 4. Data tambahan yang mungkin dapat mendukung adalah nilai rata-rata akademik terakhir, pendidikan orang tua dan jenis kelamin responden, diambil untuk melengkapi data pokok. DISKUSI Pengetahuan. Tabel 1. menggambarkan bahwa rata-rata skor pengetahuan siswa SMA tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual adalah 60,44 (kategori sedang). Skor rata-rata dari tertinggi ke terendah secara berturut-turut adalah SMA Islam putri (64,56), SMA umum (60,02) dan SMA Islam putra (55,73). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja khususnya siswa sekolah menengah atas bertingkat sedang (62%) mengenai kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual. Hasil ini sedikit lebih rendah daripada penelitian yang dilakukan oleh Ramly Bandy, et al (1990), cit. Me- dia (1995),4 yang mengatakan rata-rata pengetahuan mengenai seksualitas di kalangan pelajar SMA di Yogyakarta sebesar 74,2% dan hampir sama dengan pelajar di DKI Jakarta (67,2%). Penelitian yang sama di kalangan mahasiswa menunjukkan 91% mahasis- wa mempunyai pengetahuan kategori tinggi dan ada hubungan negatif (p=0,002) dengan perilaku seksual pranikah. Hubungan negatif berarti semakin tinggi pengetahuan tentang seksual maka semakin rendah perilaku seksual pranikah.5 Menurut Bhramitasari et al. (2011),6 mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi lebih tinggi secara bermakna daripada mahasiswa Sosial Politik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada kalangan pelajar SMA penting ditingkatkan untuk mencegah terjadinya perilaku seks di luar pernikahan yang pada ujungnya adalah mencegah penyakit menular seksual di kalangan remaja. Analisis statistik dengan Anova menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan skor pengetahuan Tabel 4. Perilaku seksual siswa sekolah menengah atas yang berkaitan dengan risiko penyakit menular seksual Hal Jenis Sekolah SMA Islam pria SMA Islam wanita SMA umum Kepemilikan pacar 29,5% 13% 45% Perilaku seksual tingkat 1 *) 11,4% 2% 27% Perilaku seksual tingkat 2 *) 4,6% 1% 15% Perilaku seksual tingkat 3 *) 1,1% 0% 2% Perilaku seksual tingkat 3a *) 0% 0% 2% Perilaku seksual tingkat 4 *) 0% 0% 2% Merasa terkena PMS 0% 0% 0% 120 Tri Wulandari Kesetyaningsih, dkk., Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual, Sikap di antara tiga kelompok sekolah (p= 0,008) dan uji post hoc menggunakan LSD (least significant dif- ference) menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan skor pengetahuan antara siswa SMA Is- lam putri dengan siswa SMA Islam putra, tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara kedua SMA Islam (putra dan putri) dengan SMA umum. Hal ini secara umum menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi antara siswa SMA Islam dengan SMA umum. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA Islam putra sama halnya dengan hasil survei yang dilakukan oleh Situmorang (2003),7 dan SKRRI (2007) cit Supardi et al. (2011).8 Menurut Supardi et al. (2011),8 rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putra kemungkin- an karena mereka enggan menanyakan kepada or- ang tua atau guru dan media daripada remaja putri, tetapi lebih banyak mendapatkan informasi dari teman sebaya. Menurut Lestary dan Sugiharti (2011),9 remaja putra berisiko 5 kali lebih besar melakukan hubungan seksual di luar nikah daripada remaja putri. Hal ini menunjukkan bahwa informasi dari teman sebaya akan merugikan remaja itu sendiri karena kemungkinan bukan informasi yang benar. Dengan demikian memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada remaja putra sangat penting dilakukan untuk mencegah perilaku seks yang tidak sehat. Penelitian ini tidak membedakan jenis kelamin siswa SMA umum. Data tambahan berupa nilai rata-rata akademik semester terakhir dan pendidikan orang tua dikore- lasikan dengan skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual dengan chi squares. Hasil analisis menunjukkan tidak ada korelasi antara nilai rata-rata akademik dengan skor pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit menular seksual (p=0.098). Hal ini kemungkinan karena kesehatan reproduksi merupakan ilmu pengetahuan umum yang dapat diperoleh dari banyak sumber dan juga menunjukkan bahwa untuk memahami pengetahuan ini tidak diperlukan kemam- puan akademik. Hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan skor pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi juga tidak berbeda signifikan (pendidikan ayah p=0,494; pendidikan ibu p=0,754). Hal ini memperkuat pendapat bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dapat diperoleh dari berbagai sumber tidak hanya dari orang tua dan bukan pengetahuan yang membutuhkan kemampu- an akademik tertentu untuk memahami. Menurut SKRRI (2007) cit. Supardi et al. (2011),8 beberapa sumber informasi tentang kesehatan reproduksi selain orang tua yang banyak menjadi rujukan remaja adalah teman, guru, saudara kandung dan media cetak (buku/majalah/surat kabar). Sikap. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat responden terhadap beberapa masalah yang berkaitan dengan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma sosial. Tabel 3. menunjukkan bahwa skor sikap tertinggi adalah siswa SMA Islam putri (98,75), diikuti SMA umum (93,50) dan terendah adalah siswa SMA Islam putra (92,82). Uji statistik menggunakan Anova menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara ketiga kelompok (p=0,002) dan uji post hoc dengan LSD menunjukkan ada perbedaan signifikan skor sikap antara siswa SMA Islam putri dengan siswa SMA Islam putra (p= 0,002) dan SMA umum (p=0,004). Tidak ada perbedaan signifikan skor sikap 121 Mutiara Medika Vol. 15 No. 2: 116-123, Mei 2015 antara siswa SMA Islam putra dengan siswa SMA umum (p=0,072). Hal yang cukup menarik untuk disimak adalah adanya perbedaan hasil uji statistik antara skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pe- nyakit menular seksual dengan skor sikap terhadap perilaku seksual di antara ketiga sekolah. Skor pengetahuan siswa SMA umum tidak berbeda bermakna dengan siswa SMA Islam putri, tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan signifikansi perbedaan sikap diantara keduanya. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual pada siswa SMA umum tidak diikuti dengan skor sikap terhadap perilaku seksual yang konsisten. Beberapa penelitian lain menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang seksualitas dengan sikap terhadap perilaku seksual tidak sehat termasuk melakukan aktivitas seks pra nikah.10, 11 Pengetahuan merupakan faktor penting untuk terjadi perubahan sikap seseorang, karena sikap seseorang akan terbentuk melalui proses tahu terlebih dahulu.12 Namun menurut Knauper et al. (2007),13 terbentuknya sikap tidak hanya melibatkan aspek kognitif saja tetapi juga melibatkan motivasi, emosi dan persepsi. Dengan demikian, ketidak kon- sistenan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual dengan sikap terhadap perilaku seksual pada siswa SMA umum kemungkinan menunjukkan bahwa aspek kognitif saja belum mampu membentuk persepsi, motivasi dan emosi untuk mendukung terbentuknya sikap yang konsisten. Tabel 3. menunjukkan bahwa secara garis besar dapat ditangkap bahwa mayoritas responden siswa SMA setuju bahwa pendidikan seksual diberikan secara formal di sekolah (94,92%) dan perlunya keterlibatan orang tua dalam pendidikan seksual (89,83%). Sebagian besar siswa menyatakan tidak setuju apabila pengetahuan tentang seksualitas dan penyakit menular seksual hanya didapatkan melalui media masa baik cetak maupun elektronik. Hal yang menarik mengenai pandangan siswa terhadap sistem informasi tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual yang diinginkan adalah bahwa siswa SMA Islam paling banyak setuju dan merasa cukup mendapatkan informasi dari media massa (21,8%) dan paling banyak tidak setuju ada- nya bimbingan orang tua dalam pendidikan seksual (11,5%). Apabila persentase siswa dengan pendapat ini dihubungkan dengan skor pengetahuan, sikap terhadap perilaku seksual remaja putra, mungkin dapat diajukan perkiraan bahwa informasi tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual dari media massa belum memberikan skor penge- tahuan dan sikap yang baik kepada pembaca, khususnya siswa SMA, namun hal ini masih harus dibuktikan lebih lanjut. Perilaku. Tabel 4. menunjukkan bahwa 13-45% responden mempunyai pacar dengan 0-2% diantara- nya berperilaku seksual dari tingkat 1 sampai tingkat 4 menurut kategori yang ditentukan oleh peneliti. Dari ketiga jenis sekolah, SMA umum paling banyak berperilaku seksual berisiko penularan penyakit menular seksual kategori 3 (coitus) yaitu sebanyak 2%, disusul siswa SMA Islam putra (1,1%) dan tidak siswa SMA Islam putri yang melakukan (0%). Data ini menunjukkan bahwa remaja putra lebih banyak kemungkinan berperilaku seksual yang tidak sehat daripada remaja putri. Selain itu juga menunjukkan 122 Tri Wulandari Kesetyaningsih, dkk., Pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual, Sikap bahwa kemungkinan muatan pelajaran agama di SMA Islam cukup berpengaruh pada perilaku siswanya, terutama siswa putri. Ada beberapa alasan remaja melakukan hubungan seks di luar pernikahan pada remaja, antara lain rasa ingin tahu (40,8%), terjadi begitu saja (28%), pengaruh teman (6,2%) dan alasan lain (25%).8 Diperlukan penelitian lebih lanjut dan mendalam untuk dapat mengungkap peranan pelajaran agama di sekolah terhadap pencegahan perilaku seksual tidak sehat di kalangan pelajar SMA. SIMPULAN Disimpulkan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap dan perilaku siswa SMA Islam putri lebih baik daripada siswa SMA umum dan siswa SMA Islam putra. Siswa SMA umum lebih banyak berperilaku seksual tidak sehat daripada siswa SMA Islam putra dan putri. Tidak ada hubungan signifikan antara nilai rata- rata akademik dan tingkat pendidikan orang tua dengan skor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi siswa. DAFTAR PUSTAKA 1. Sedyaningsih, ER., Firdous, U., Yatim, F., Marjorie, D. dan HollyBul, M. Prevalensi Infeksi Menular Seksual, Faktor Risiko dan Perilaku di Kalangan Anak Jalanan yang Dibina Lembaga Swadaya Masyarakat di Jakarta, Tahun 2000. Penel. Kesehatan, 2000; 33 (3): 99-1 10 2. Verawati. Peran Pik Remaja Menghadapi Tingginya Trend Pacaran dan Pengalaman Seksual Remaja. 2013. Diakses April 2014 dari http://sulbar.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx? ArtikelID=134 3. Dirjen Pendidikan Madrasah Kemenag RI. Silabus dan Buku Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab Kurikulum 2013. 2013. Diakses 3 Mei 2015 dari http://madrasah.kemenag.go.id/ bahan_pembelajaran.php 4. Media,Y. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja tentang Kesehatan Reproduksi. Media Litbangkes, 1995; V (02). 5. Ginoni, F.H. Hubungan Pengetahuan Tentang Seks dengan Intensitas Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di Organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Maluku Utara Malang (IPMA- MUM). Tugas Akhir Fakultas Psikologi UIN Malang. 1012. Diakses 3 April 2014 dari http:// lib.uin-malang.ac.id/?m od=th_detail &id= 07410048 6. Bhramitasari, W., Dewantiningrum, J. dan Nuggetsiana, A. Perbedaan Tingkat Pengetahu- an Kesehatan Reproduksi pada Remaja Maha- siswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakul- tas Kedokteran, Univ ersitas Diponegoro, Semarang. 2011. 7. Situmorang, A. Adolescent Reproductive Health in Indonesia. Jakarta. 2003. 8. Supardi, A., Fauzi, Y. dan Chandra. Pengeta- huan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah. 2011. Diakses 2 April 2015 dari https://balatbangbengkulu.files. wordpress.com/2011/02/pbremaja_okey_.pdf 9. Lestary, H. dan Sugiharti. Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia menurut Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKRI) Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 2011; 1 (3): 136-144. 123 Mutiara Medika Vol. 15 No. 2: 116-123, Mei 2015 10. Kusumastuti, FAD., Hubungan antara Pengeta- huan dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja. KTI. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Uni v ersi tas Sebelas Maret, Surakarta. 2010. 11. Maolinda N., Sriati, A. dan Maryadi, I. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Siswa terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN Margahayu. FIK Universitas Padjajaran, Bandung. 2012. 12. Suryani, N., Rahayuwati,L. dan Kosasih, C. Hubungan antara Pengetahuan tentang Pence- gahan HIV-AIDS dengan Sikap Remaja terhadap Pencegahan HIV/AIDS di SMU Pasundan Bandung. Jurnal Keperawatan Universitas Padjajaran, 2006; 8 (XIV). 13. Knauper, B., Schwarz, N., Park, D. and Fritsch, A. The Perils of Interpreting Age Differences in Attitude Reports: Question Order Effects De- crease with Age. Journal of Ofûcial Statistics, 2007; 23 (4): 515–528.