57 Mutiara Medika Vol. 16 No. 2: 57-65, Juli 2016 Analisis Faktor Minat Lansia Datang ke Posyandu Factor Analysis Elderly Interests Come to Posyandu Dwi Retnaningsih1*, Tamrin2, Dyah Restuning3, Fitrianingsih4 1, 2, 3 Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang 4 Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada Semarang *Email: dwiretnaningsih81@yahoo.co.id Abstrak Posyandu lansia merupakan program pemerintah untuk melayani kesehatan lansia, namun demikian tidak semua lansia memanfaatkan pelayanan ini. Kurangnya minat lansia datang ke Posyandu menyebabkan pelayanan kesehatan lansia kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan minat lansia datang ke Posyandu Lansia. Jenis penelitian yang digunakan adalah korelatif, dengan desain cross sectional. Sampel adalah seluruh lansia yang ada di RW 3 Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Semarang yang berjumlah 43 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Rank Spearman (± = 0,05). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang 14 (33,33%) lansia menempuh jarak jauh 21 (49,9%) dan kurang mendapat dukungan keluarga 14 (33,32%). Berdasarkan analisis bivariat dari tiga variabel yaitu pengetahuan (p-value = 0,049), jarak ( p-value = 0,046) dan dukungan keluarga (p-value = 0,047) terdapat hubungan antara pengetahuan, jarak tempat tinggal dan dukungan keluarga terhadap minat lansia. Kata kunci: pengetahuan, jarak tempat tinggal, dukungan keluarga, minat lansia, Posyandu lansia Abstract Posyandu elderly is a government program to serve the health of the elderly. However not all elderly people take advantage of this service. Lack of interest in the elderly the elderly come to Posyandu cause less than optimal elderly health care. This research aimed to knowing factors associated with elderly interests come to Posyandu elderly. The method research is correlative, with cross sectional design. The population of research was all elderly in RW 3 village Cangkiran Mijen district of semarang amounted to 43 respondents. Data were collected using a questionnaire and analysi using spearman rank test (± = 0,05). The majority of respondents lack knowledge 14 (33,33%) elderly over long distances 21 (49,9%) elderly family support lack 14 (33,32%). Based on nivariate analysis of thee variables : knowledge (p-value= 0,049), distance (p-value= 0,046), and family support (p-value= 0,047). There was associated between knowledge, the distance of residence, and family support against the interests of the elderly. Keywords: knowledge, distance shelter, support family, elderly interests, Posyandu Erderly ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Vol. 16 No. 2: 57-65, Juli 2016 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil, karena dilihat dari sisi angka harapan hidup telah meningkat. Meningkatnya angka harapan hidup, menyebabkan meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia. Hal ini berarti kelompok risiko dalam masyarakat menjadi lebih tinggi, se- hingga perlu peningkatan pelayanan kesejahteraan bagi lansia. Pelayanan kesejahteraan bagi warga lansia secara umum boleh dikatakan masih merupa- 58 Dwi Retnaningsih, dkk., Analisis Faktor Minat Lansia kan hal yang baru. Hal ini dikarenakan prioritas yang diberikan pada populasi lanjut usia memang baru aja mulai diperhatikan. Dibandingkan dengan negara maju, misalnya Amerika dan Australia, Indonesia kurang tanggap dalam hal memberikan kesejah- teraan bagi lansia.1 Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.2 Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak setelah China, India dan Amerika. Berdasarkan sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Indonesia 237.641.326 jiwa dan jumlah lanjut usia 18,1 juta jiwa (7,6 % dari total penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia 18,871 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa.3 Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuh- an yang sangat cepat menimbulkan berbagai permasalahan terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia, sehingga lansia perlu men- dapatkan perhatian yang serius dari semua sektor untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu lansia. Salah satu bentuk perhatian terhadap lansia adalah terlaksananya pelayanan kesehatan pada lanjut usia melalui kelompok Posyandu Lansia.4 Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat. Di Posyandu Lansia, masyarakat mendapatkan pelayanan kese- hatan. Posyandu Lansia juga merupakan forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan kesehatan secara opti- mal.5 Ada berbagai macam pelayanan yang harus dilalui lansia saat datang ke Posyandu Lansia. Pelayanan Posyandu Lansia ini berbeda dengan Posyandu Balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam Posyandu Lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menye- lenggarakan Posyandu Lansia sistem 5 meja seperti Posyandu Balita, ada juga menggunakan sistem pelayanan 7 meja, ada juga hanya menggunakan sistem 3 meja. Adapun kegiatan untuk tiap mejanya adalah sebagai berikut: Meja I) tempat pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan; Meja II) melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini; dan Meja III) kegiatan penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok gizi.5 Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk menge- tahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang di hadapi.5 Pemerintah telah merumuskan berbagai per- aturan dan perundang-undangan, yang di antaranya seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 19 dan peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 tahun 2007 tentang pembentukan posyandu, disebutkan bahwa kesehatan manusia pada usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan 59 Mutiara Medika Vol. 16 No. 2: 57-65, Juli 2016 kemampuannya agar tetap produktif, serta peme- rintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Oleh karena ini berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif.6 Fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda, Posyandu Lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja. Para lansia tidak semua- nya mau mengikuti program yang diselenggarakan oleh pemerintah. Faktor yang mempengaruhi perilaku menurut teori Lawrence Green sebagaimana dikutip dalam Notoatmodjo (2010),7 yang termasuk dalam faktor perilaku di antarannya yaitu faktor yang mempe- ngaruhi minat lansia terhadap Posyandu Lansia, ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu, faktor pre- disposisi (predisposising factor) yang mencangkup pengetahuan atau kognitif, faktor pendukung (en- abling factor) yang mencangkup fasilitas sarana kesehatan (jarak Posyandu Lansia) dan faktor penguat (reinforcing factor) yang mencangkup dukungan keluarga. Faktor predisposisi yang mencangkup pengetahuan atau kognitif adalah do- main yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan tidak akan berlangsung lama.7 Faktor pendukung yang mencangkup fasilitas sarana kesehatan yaitu jarak Posyandu Lansia dengan tempat tinggal lansia,7 faktor jarak dan biaya pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.8 Faktor penguat mencangkup dukungan keluarga yang mempengaruhi minat lansia terhadap Posyandu. Keluarga juga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interper- sonal dengan lingkungannya.8 Berdasarkan survei data awal dilakukan di Puskesmas Mijen terdapat 21 tempat Posyandu Lansia. Posyandu Lansia dilaksanakan di masing- masing tempat kader yang ada di 21 Posyandu Lansia. Sesuai data yang ditemukan bahwa ada Posyandu yang kunjungan lansianya rendah sekitar 25-30 orang. Desa cangkiran termasuk desa yang kunjungan lansianya rendah yang terdiri dari 8 RW dengan 2 Posyandu Lansia, Posyandu Lansia RW 3 kunjungan lansianya lebih rendah daripada Posyandu lainnya. Didapatkan data dari kader lansia bahwa di tahun 2014 dengan jumlah 96 lansia yang datang ke Posyandu Lansia 23-25 lansia. Berdasarkan hasil wawancara pada 20 lansia didapatkan bahwa 8 lansia tidak mengetahui dan 12 lansia mengetahui tentang Posyandu Lansia, sedangkan jarak rumah lansia ke Posyandu Lansia didapatkan dari hasil wawancara pada 20 lansia, 15 lansia mengatakan dekat dan 5 lainnya mengatakan jauh dan dukungan keluarga didapatkan hasil wawancara pada 20 lansia, 6 lansia mendapatkan dukungan dari keluarga dan 14 lansia lainnya tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan minat lansia datang ke Posyandu Lansia. BAHAN DAN CARA Berdasarkan tujuan dan permasalahan yang diteliti, maka rancangan penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RW 3 60 Dwi Retnaningsih, dkk., Analisis Faktor Minat Lansia Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Semarang pada tanggal 13 juni samapi 15 juni tahun 2016. Populasi adalah seluruh lansia yang ada di RW 3 kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang yang berjumlah 43 responden. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 43 responden dengan meng- gunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. HASIL Tabel 1. menunjukkan bahwa karakteristik res- ponden berdasarkan umur, sebagian besar lansia berumur 60-65 tahun (29 orang; 67,4%), sedangkan yang berumur 66 - 74 tahun sebanyak 14 orang (32,6%). Distribusi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak (53,5%), dari pada laki-laki (46,5%). Distribusi responden berdasarkan tingkat pen- didikan menunjukkan bahwa sebagian besar lansia tidak berpendidikan formal yaitu sebanyak 28 orang (65,1%), tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 8 orang (18,6%), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 4 orang (9,3%) dan yang memiliki pendidikan setingkat Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) hanya sebanyak 3 orang (7,0%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Jarak Tempat Tinggal, Dukungan Keluarga, Minat Lansia Lansia Pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 20 46,5 Cukup 12 27,9 Kurang 11 25,6 Jarak Tempat Tinggal Jauh 21 48,9 Dekat 22 51,1 Dukungan keluarga Baik 22 51,1 Cukup 14 32,6 Kurang 7 16,3 Minat Lansia Tinggi 29 67,4 Sedang 11 25,6 Rendah 3 7,0 Jumlah (n) 43 100 Meskipun sebagian besar responden tidak ber- pendidikan formal atau hanya berpendidikan rendah, namun pengetahuan tentang keberadaan Posyandu lansia tergolong baik. Tabel 2. menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang Posyandu kategori baik sebanyak 20 orang (46,5%), sedangkan yang termasuk kategori cukup sebanyak 12 orang (27,9%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang menge- nai keberadaan Posyandu Lansia sebanyak 11 orang (25,6%). Aspek jarak tempat tinggal lansia ke Posyandu Lansia di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang menunjukkan bahwa 21 orang (48,9%) memiliki tempat tinggal dikategorikan jauh (> 500 meter) dan yang tempat tinggalnya dekat (< 500 meter) dengan Posyandu Lansia sebanyak 22 or- ang (51,1%). Aspek dukungan keluarga menunjukkan bahwa dukungan keluarga lansia dengan kategori baik sebanyak 22 orang (51,1%), sedangkan dukungan keluarga lansia dengan kategori cukup sebanyak 14 orang (32,6%) dan dukungan keluarga lansia dengan kategori kurang sebanyak 7 orang (16,3%). Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis kelamin, Pendidikan Umur Frekuensi (f) Persentase (%) 60 - 65 14 32,6 66 - 74 29 67,4 Jenis Kelamin Laki – laki 20 46,5 Perempuan 23 53,5 Pendidikan Tidak sekolah 28 65,1 SD 8 18,6 SLTP 4 9,3 SLTA 3 7,0 Jumlah (n) 43 100 61 Mutiara Medika Vol. 16 No. 2: 57-65, Juli 2016 Berdasarkan aspek minat lansia untuk menda- tangi Posyandu, tampak bahwa sebanyak 29 orang (67,4%) lansia memiliki minat yang tinggi, sedang- kan kategori sedang sebanyak 11 orang (25,6%) dan hanya 3 orang (7,0%) minat lansia ke Posyandu kategori rendah. Tabel 3. menunjukkan bahwa pengetahuan lansia yang tergolong baik dan memiliki minat tinggi mendatangi Posyandu sebanyak 10 (23,2%), penge- tahuan lansia yang tergolong cukup dan memiliki minat tinggi mendatangi Posyandu sebanyak 10 (23,2%) lansia dan pengetahuan lansia yang tergo- long kurang dan memiliki minat tinggi mendatangi Posyandu sebanyak 9 orang. Hasil uji korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia terhadap minat lansia mendatangi Posyandu, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifi- kan (P = 0,049) dan bersifat negatif dengan koefisien korelasi (R) sebesar -0,302. Tabel 4. menunjukkan bahwa jarak tempat tinggal lansia dengan Posyandu yang tergolong jauh tetapi memiliki minat mendatangi Posyandu tinggi sebanyak 11 orang (25,6%). Lansia yang tinggal dekat dengan Posyandu dan memiliki minat tinggi untuk mendatangi Posyandu sebanyak 18 orang (41,8%). Hasil uji Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara jarak tempat tinggal lansia dengan minat lansia untuk mendatangi Posyandu di kelurah- an Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, menun- jukkan bahwa terdapat korelasi negatif dengan nilai P = 0,046 dan koefisien korelasi (R) sebesar -0,305. Tabel 5. menunjukkan bahwa dukungan keluarga lansia yang tergolong baik dan memiliki minat tinggi untuk mendatangi Posyandu sebanyak 12 (27,9%). Lansia yang mendapat dukungan keluarga tergologn cukup dan memiliki minat tinggi untuk mendatagi Posyandu sebanyak 11 orang (25,6%). Lansia yang kurang mendapatka dukungan keluarga tetapi memiliki minat tinggi untuk mendtangi Posyandu sebanyak 6 orang (13,9%). Hasil uji Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap minat lansia untuk mendatangi Posyandu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (P = 0,047) dan bersifat negatif dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,305. DISKUSI Karakteristik responden berdasarkan umur responden Posyandu Lansia di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, sebagian besar res- Tabel 3. Hub ungan an tara Pen getahuan Lan sia terhadap Minat Lansia Pengetahuan Minat lansia Total Tinggi Sedang Rendah f % f % f % f % Baik 10 23,2 8 18,6 2 4,7 20 46,5 Cukup 10 23,2 2 4,7 0 0 12 27,9 Kurang 9 21,0 1 2,3 1 2,3 11 25,6 Total 29 67,4 11 25,6 3 7,0 43 100 r -0,302 P 0,049 Tabel 4. Hub ungan Jarak Tempat T ingg al t erhadap Minat Lansia Jarak Tempat Tinggal Minat lansia Total Tinggi Sedang Rendah f % f % f % f % Jauh 11 25,6 8 18,6 2 4,7 21 48,9 Dekat 18 41,8 3 7.0 1 2,3 22 51,1 Total 29 67,4 11 25,6 3 7,0 43 100 r -0,305 P velue 0,046 Tabel 5. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Minat Lansia Dukungan Keluarga Minat lansia Total Tinggi Sedang Rendah f % f % f % f % Baik 12 27,9 7 16,2 3 7,0 22 51,1 Cukup 11 25,6 3 7,0 0 0 14 32,6 Kurang 6 13,9 1 2,3 0 0 7 16,3 Total 29 67,4 11 25,6 3 7,0 43 100 r -0,305 P velue 0,047 62 Dwi Retnaningsih, dkk., Analisis Faktor Minat Lansia ponden yang berumur antara 60-65 yaitu sebanyak 29 orang (67,4%), sedangkan yang umur antara 66 - 74 sebanyak 14 orang (32,6%) dari keseluruhan jumlah responden. Semakin bertambahnya umur lansia maka meningkatkan ketergantungan lansia kepada kaum yang lebih muda yang disebabkan secara alami lansia mengalami perubahan fisik, mental, ekonomi dan psikososialnya, sehingga menyebabkan lansia memerlukan pelayanan seperti Posyandu Lansia.9 Jenis kelamin l ansia perem puan dal am penelitian ini lebih besar yaitu sebanyak 23 orang (53,5%), sedangkan lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (46,5%). Penelitian yang dilakukan oleh Fahrun (2009),10 tentang hubungan jenis kelamin terhadap kunjungan minat lansia ke posyandu menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kunjungan minat lansia (P = 0,725). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa lansia perempuan cenderung mempunyai perilaku yang lebih baik untuk mendatangi Posyandu, namun tidak demikian dengan lansia laki-laki tergolong sedang dan rendah. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan sikap antara perempuan dan laki- laki. Perempuan lebih bersikap tekun dalam mengikuti tindakan terutama yang berkaitan dengan program Posyandu Lansia. Sebaliknya laki-laki lebih cepat bosan ketika mengikuti program dalam Pos- yandu Lansia. Dengan demikian untuk memperbaiki perilaku lansia untuk berkunjung ke Posyandu Lansia perlu dilakukan promosi kesehatan, ceramah, penyuluhan dan lain-lain. Hasil penelitian tentang distribusi tingkat pendidikan menunjukkan bahwa responden kurang berpendidikan dan tidak bersekolah yaitu sebesar 83,7%. Pendidikan paling tinggi adalah SLTA sebesar 7,0%. Penelitian yang dilakukan oleh Lisza (2013),11 tentang hubungan antara tingkat pendidikan dengan motivasi lansia berkunjung ke Posyandu Lansia di desa Dadi rej o kecam atan Ti rto kabupaten Pekalongan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan minat lansia untuk mendatangi Posyandu Lansia (P = 0,002) dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,257. Hal ini berarti bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan di ikuti minat yang tinggi untuk mendatangi Posyandu. Meskipun mayoritas tingkat pendidikan lansia pada penelitian ini rendah, namun tingkat penge- tahuan lansia tentang Posyandu telihat cukup memadai. Lansia yang memiliki pengetahuan tergolong baik sebanyak 20 orang (46,5%), pengetahuan lansia kategori cukup sebanyak 12 orang (27,9%) dan pengetahuan lansia kategori kurang sebanyak 11 orang (25,6%). Menurut Notoatmodjo dalam buku Maulana (2009),12 ada 6 tingkatan pengetahuan yaitu tahu, memahami, menerapkan, menganalisa, sintesa dan evaluasi. Pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendidikan, lingkungan sosial, kultur dan peng- alaman, sehingga pengetahuan tidak berarti hanya sekedar tahu tetapi juga dilanjutkan dengan memahami, kemudian diterapkan, dianalisis, disintesis dan akhirnya dievaluasi. Hasil penelitian dengan 43 lansia di RW 3 kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang menunjukkan bahwa jarak antara tempat tinggal lansia dengan Posyandu Lansia berkorelasi negatif dengan minat lansia untuk mendatangi Posyandu. Hal ini berarti bahwa semakin rendah jarak antara 63 Mutiara Medika Vol. 16 No. 2: 57-65, Juli 2016 tempat tinggal dengan Posyandu (dekat), semakin tinggi minat untuk mendatangi Posyandu. Penelitian yang dilakukan oleh Fahru et al. (2009),10 di kelurahan Wonokusumo, kecamatan Semampir, Surabaya menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyai tempat tinggal jauh dari tempat pelaksanaan Posyandu Lansia (99%) dan lansia yang mempunyai tempat tinggal dekat dari tempat pelaksanaan Posyandu Lansia lebih sedikit (46,2%). Bedasarkan hasil penelitian dengan 43 lansia di RW 3 kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, bahwa dukungan keluarga lansia kategori baik sebanyak 22 orang (51,1%), dukungan keluarga lansia kategori cukup sebanyak 14 orang (32,6%) dan dukungan keluarga lansia kategori kurang sebanyak 7 orang (16,3%). Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani dan Wahyu (2012),13 yang menunjukkan dari 100 responden yang diteliti ada 60 responden (60%) yang memiliki dukungan rendah. Bedasarkan hasil penelitian dengan 43 lansia di RW 3 kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, bahwa minat lansia ke Posyandu kategori tinggi sebanyak 29 orang (67,4%), minat lansia ke Posyandu kategori sedang sebanyak 11 orang (25,6%) dan minat lansia ke Posyandu kategori rendah sebanyak 3 orang (7,0%). Menurut Muhibbin (2008),14 secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrun et al. (2009),10 menunjukkan bahwa terdapat minat lansia yang mempengaruhi motivasi lansia untuk datang ke Posyandu Lansia. Hasil anal isis uji Rank Spearman untuk hubungan pengetahuan lansia terhadap minat lansia ke Posyandu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi yaitu -0,302 dan diperoleh hasil p-value = 0,049 d” 0,050, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan lansia terhadap minat lansia datang ke Posyandu Lansia di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada lansia, pemerintah telah merencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia, pelayanan lansia tingkat dasar adalah Pusat Kesehatan Masyarakat dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit.15 Hasil penelitian dengan menggunakan uji Rank Spearman untuk hubungan jarak tempat tinggal lansia terhadap minat lansia ke Posyandu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang, didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi yaitu -0,305 dan diperoleh hasil p-value = 0,046 d” 0,050, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara jarak tempat tinggal lansia terhadap minat lansia datang ke Posyandu Lansia di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang. Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu antara jarak 64 Dwi Retnaningsih, dkk., Analisis Faktor Minat Lansia rumah dengan Posyandu. Jangkauan pelayanan Posyandu dapat ditingkatkan dengan bantuan pendekatan maupun pemantauan melalui kegiatan Posyandu.16 Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, balai RT atau di tempat khusus yang dibangun masyarakat.17 Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Rank Spearman untuk hubungan dukungan keluarga terhadap minat lansia ke Posyandu di Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Semarang, didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi yaitu - 0,305 dan diperoleh hasil p-value = 0,047 d” 0,050, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap minat lansia datang ke Posyandu Lansia di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen Semarang. Keluarga berperan penting bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Dukungan keluarga juga sangat berperan dalam mendorong minat dan kesedi aan l ansi a untuk mengi kuti kegiatan Posyandu Lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Kiilo (2015),18 menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia berkunjung ke kelompok binaan khusus lansia di Puskesmas Global Limboto kabupaten Gorontalo dengan nilai p-value 0,007. Yosep (2007),19 mengatakan keluarga merupa- kan tempat dimana individu memulai hubungan in- terpersonal dengan lingkungannya. Keluarga merupakan institusi pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyedia- kan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke Posyandu Lansia, mengingatkan lansia jika lupa jadwal Posyandu Lansia dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. SIMPULAN Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia terhadap minat lansia datang ke Posyandu Lansia dengan nilai koefisien korelasi yaitu -0,302 dan diperoleh hasil p-value = 0,049 d” 0,050. Terdapat hubungan antara jarak tempat tinggal lansia terhadap minat lansia datang ke Posyandu Lansia dengan nilai koefisien korelasi yaitu -0,305 dan diperoleh hasil p-value = 0,046 d” 0,050. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap minat lansia datang ke Posyandu Lansia dengan nilai koefisien korelasi yaitu -0,305 dan diperoleh hasil p-value = 0,047 d” 0,050. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaku- kan penelitian dengan variabel lebih banyak untuk lebih mengetahui faktor yang berhubungan dengan minat lansia dalam mengikuti Posyandu Lansia serta dapat dijadikan referensi. DAFTAR PUSTAKA 1 Nurhayati k. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lansia dalam Pemanfaatan Pos Binaan Terpadu (Posbindu). UR: Naskah asli tidak dipublikasi- kan. 2012. 2 Azizah ML. Keperawatan Lanjut Usia. Yogya- karta: Graha Ilmu. 2011. 3 Kemenkes RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta. 2014. 4 Kemenkes RI. Menuju Tua Sehat Mandiri dan Produktif. Jakarta. 2012. 65 Mutiara Medika Vol. 16 No. 2: 57-65, Juli 2016 5 Sulistiyorini IC. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010. 6 Abas FF. Faktor yang Mempengaruhi Minat Lansia dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah Pukesmas Buko Kabupaten Boloang Mongondow Utara. 2015. 7 Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 8 Rahmalia N, Arneliwati, Lestari W. 2014. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Minat Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia. JOM PSIK, 2014; 1 (2): 1-9. 9 Maryam. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatan- nya. Jakarta: Salemba Medika. 2008. 10 Fahrun NR, Musrifatul U, Uswatun H. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Lansia di RW VII Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Surabaya. (Skripsi Ilmiah). Universi- tas Muhammadiyah Surabaya. 2009. 11 Lisza K. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. 2016. 12 Maulana HDJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009. 13 Handayani D dan Wahyu. 2012. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Gaster, 2012; 9 (1): 49- 58. 14 Muhibbin S. Psikologi Pendidikan dengan Pen- dekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008. 15 Effendy N. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2009. 16 Budioro S. Lanjut Usia dan Perawatan Gerontik. Yogjakarta: Nuha Medika. 2012. 17 Effendy N. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 2008. 18 Kiilo N. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung ke Kelompok Binaan Khusus Lansia di Puskesmas Global Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Fakul- tas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. 2015. 19 Yosep I. Mencegah Gangguan Jiwa Mulai dari Keluarga Kita. FIK Unpad. Bandung: PT Refika Aditama. 2007.