0 daftar isi 11-2.p65 88 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi Virgin Coconut Oil Formulation and Physical Stability Test of Virgin Coconut Oil Emulsion Oral Preparation Ingenida Hadning Bagian Fisika Farmasi Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: adni07@yahoo.com Abstrak Virgin coconut oil (minyak kelapa murni) sampai saat ini dikonsumsi oleh masyarakat secara oral dalam bentuk minyaknya, sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi sediaan minyak kelapa murni menjadi sediaan emulsi yang memiliki penampilan dan stabilita fisik yang baik. Pemeriksaan mutu minyak kelapa murni dilakukan sesuai standar yang ditetapkan oleh Codex Stan 19-1981 (revisi 2-1999). Pengembangan formulasi sediaan emulsi minyak kelapa murni dilakukan dengan cara basah menggunakan berbagai emulgator alam dengan berbagai konsentrasi. Formula emulsi dengan penampilan fisik yang baik diperoleh menggunakan emulgator PGA 20%, kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum dengan perbandingan konsentrasi (1:1) sebanyak 2% dan (3:2) sebanyak 2,5%. Formula tersebut dievaluasi secara fisik meliputi penentuan tipe emulsi, penentuan berat jenis, uji homogenitas, pengamatan organoleptik, penentuan pH dan viskositas. Uji stabilita fisik terhadap ketiga formula emulsi dilakukan menggunakan uji sentrifugasi dan uji freeze thaw. Dapat disimpulkan bahwa formula emulsi oral minyak kelapa murni dengan penampilan dan stabilita fisik yang paling baik adalah formula menggunakan emulgator PGA 20%. Kata kunci: emulsi oral, Virgin Coconut Oil, evaluasi fisik, uji stabilita fisik Abstract Virgin coconut oil when consumed orally as such which may cause unpleasant after-taste. There- fore, in this study virgin coconut oil emulsion with good performance and physical stability was devel- oped. Emulsion was prepared by wet gum method using one of various natural emulsifying agent in various concentrations. Results showed that the emulsion formulations using acacia of 20 %, combina- tion of xanthan gum and veegum with concentration (1 : 1) as much as 2 % and (3 : 2) as much as 2,5 % as emulsifying agents showed good performances. Evaluations of the virgin coconut oil emulsion in- cluded emulsion type, density, rheology, homogeneity of the preparation, the organoleptic appearances, the pH and viscosity of the preparation. Physical stability of the emulsion formulation was tested by centrifugation and freeze thaw methods. The result showed that the emulsion using emulsifying agent acacia of 20 % had the best performance with the best physical stability. Key words: oral emulsion, Virgin Coconut Oil, physical evaluation, physical stability test PENDAHULUAN Virgin coconut oil (minyak kelapa murni) me- rupakan istilah untuk minyak kelapa yang diperoleh melalui pemanasan minimal dan tanpa proses pe- murnian kimiawi.1 Minyak kelapa murni semakin disukai oleh masyarakat luas karena memiliki ba- nyak manfaat bagi kesehatan diantaranya sebagai ARTIKEL PENELITIAN 89 Mutiara Medika Vol. 11 No. 2: 88-100, Mei 2011 antivirus, antimikroba, antidiabetes, serta berman- faat untuk kosmetika seperti pada lotion dan hair conditioner.2 Disamping itu minyak kelapa murni memiliki mutu yang lebih baik daripada minyak ke- lapa lain. Minyak kelapa murni memiliki kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, ber- warna bening, berbau harum, dan dapat disimpan lebih lama, bisa lebih dari 12 bulan. Berbeda de- ngan minyak kelapa biasa atau minyak goreng yang memiliki mutu kurang baik. Hal itu ditandai dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi, warna agak kecoklatan, cepat menjadi tengik, daya simpannya pun tidak lama hanya sekitar dua bulan saja.1,3 Minyak kelapa murni yang berada di pasaran saat ini masih berupa minyak.1 Sediaan yang be- rupa minyak ini tentu menyebabkan ketidaknya- manan bila dikonsumsi secara oral, oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi sediaan minyak kelapa murni menjadi sediaan emulsi oral. Pemilih- an emulsi sebagai bentuk sediaan bertujuan untuk mencampurkan fase air dan minyak, menutupi rasa tidak enak dari zat aktif yang berbentuk minyak atau larut minyak saat diberikan secara oral karena minyak tidak bercampur dengan saliva sehingga susah diencerkan, serta untuk meningkatkan ab- sorpsi minyak dengan ukuran partikel yang halus sehingga akan meningkatkan jumlah dan kecepat- an absorpsi dalam usus.4 Atas dasar pemikiran tersebut, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk optimasi formula sediaan emulsi oral minyak kelapa murni tipe mi- nyak dalam air (m/a). Tipe emulsi minyak dalam air (m/a) biasanya digunakan pada emulsi obat un- tuk pemberian oral. Formulasi menggunakan emul- gator sebagai penstabil emulsi.5 Emulgator yang digunakan adalah emulgator alam seperti PGA, xanthan gum, veegum, dan kombinasi xanthan gum dengan veegum sehingga lebih aman untuk dikonsumsi secara oral.4,5,6 Evaluasi sediaan meli- puti pengujian organoleptik, pH, sifat aliran, visko- sitas, homogenitas, penentuan tipe emulsi. Kondisi tekanan seperti uji sentrifugasi dan freeze thaw di- lakukan untuk mengevaluasi stabilitas emulsi.4,5,7,8,9 BAHAN DAN CARA Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini seperti Stirer Eurostar Digital Ika Labortechnik, viskometer Brookfield Ika Labortechnik DV-I dan DV-II, Φ 50 pH Meter Beckman, alat sentrifuga Profuge tipe 14 K dan Universal 16R, mikroskop Sargent Welch S-4849-66 dan Meiji, mikrometer, refraktometer, dan peralatan gelas yang umum di- gunakan dalam laboratorium. Bahan yang diguna- kan meliputi minyak kelapa murni yang berasal dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, PGA (gom arab), veegum (magnesium alumunium silikat), xanthan gum, metil paraben, propil paraben, vita- min E asetat, natrium benzoat, manitol, esen cocopandan, vanilin. Penelitian diawali dengan melakukan optimasi formulasi meliputi orientasi kecepatan pengadukan emulsi menggunakan stirer serta penentuan jenis dan konsentrasi emulgator sebagai titik kritis pembuatan sediaan emulsi. Orientasi kecepatan pengadukan yang akan digunakan dalam pembuatan emulsi dilakukan menggunakan stirer dengan kecepatan 300 rpm, 750 rpm, dan 1200 rpm. Formulasi emulsi oral minyak kelapa murni dikembangkan menggunakan emulgator alam PGA, xanthan gum, veegum, serta kombinasi xanthan gum dan veegum dengan ber- 90 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... bagai konsentrasi, kemudian ditentukan jenis dan konsentrasi emulgator yang optimum untuk formula emulsi. Optimum di sini berarti sediaan yang diha- silkan stabil (tidak terjadi pemisahan fasa), pertum- buhan mikroorganisme lambat, dan menarik dari segi estetika. Pembuatan sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam ini dilakukan de- ngan cara basah, yaitu emulgator yang akan digunakan dikembangkan terlebih dulu.4,5,6,7,8 Beberapa evaluasi fisik terhadap formula emul- si dengan penampilan fisik yang paling baik dilaku- kan meliputi pengamatan organoleptik yaitu per- ubahan bau, warna, dan pertumbuhan jamur; pe- nentuan tipe emulsi menggunakan metode pe- ngenceran dan metilen blue; penentuan pH meng- gunakan pH Meter Beckman; penentuan sifat aliran dan viskositas menggunakan viskometer Brook- field; penentuan homogenitas; serta uji stabilita fisik menggunakan metode sentrifugasi dan freeze thaw.4,5,7,8,9 HASIL Pengembangan Formulasi Sediaan Emulsi Orientasi Kecepatan Pengadukan Mengguna- kan Stirer. Orientasi kecepatan pengadukan pem- buatan emulsi menggunakan stirer dilakukan de- ngan membuat emulsi menggunakan kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum dengan berbagai konsentrasi yang diaduk menggunakan stirer berkecepatan 300 rpm, 750 rpm, dan 1200 rpm. Sediaan diamati secara fisik meliputi terjadi atau tidaknya pemisahan fasa dan viskositas sediaan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada kecepatan pengadukan 300 dan 750 ppm sediaan yang dihasilkan pecah, karena terbentuk tetesan minyak pada permukaan emulsi.7,8 Pada kecepatan pengadukan 1200 ppm sediaan yang dihasilkan walaupun pecah namun minyak yang keluar tidak sebanyak pada sediaan dengan kecepatan pengadukan 300 dan 750 ppm, sedangkan pada sediaan yang menggunakan kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum dengan perbandingan 1,5 % dan 3 % sediaan tidak pecah. Pada orientasi kecepatan pengadukan, waktu pengadukan dilakukan selama 30 menit. Orientasi Formulasi Sediaan Emulsi Orientasi formulasi sediaan menggunakan emulgator alam PGA (gom arab), veegum, xanthan gum, serta kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum dengan berbagai konsentrasi. Pada se- diaan juga ditambahkan pengawet dan antioksidan untuk memperlambat tumbuhnya mikroorganisme dan mencegah oksidasi minyak. Sediaan yang dihasilkan diamati penampilan fisik dan kestabilan sediaan yang meliputi organoleptik, pH, viskositas, dan pemisahan fasa. Hasil orientasi formulasi sediaan menggunakan emulgator PGA, xanthan gum, veegum, serta kombinasi xanthan gum dan veegum dapat dilihat pada Tabel 1. Formula Akhir Sediaan Emulsi yang Dilakukan Evaluasi dan Uji Stabilita Fisik Emulsi dengan formula 15, 13, 18, 17, dan 4 dibuat sebanyak 150 gram dengan rincian keperlu- an untuk pengujian pemisahan fasa dengan meto- de freeze thaw sebanyak 100 gram, pengukuran viskositas dan pH sebanyak 20 gram, untuk pengamatan pada temperatur ruang sebanyak 20 gram, dan sisanya sebanyak 10 gram untuk keperluan evaluasi homogenitas, penentuan tipe emulsi dan pengujian pemisahan fasa dengan metode sentrifugasi. Cara yang digunakan untuk 91 Mutiara Medika Vol. 11 No. 2: 88-100, Mei 2011 membuat emulsi formula akhir adalah sama dengan cara pembuatan emulsi pada saat orientasi. Formula sediaan emulsi yang dilakukan evaluasi dan uji stabilita fisik dapat dilihat pada Tabel 2. Evaluasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Emulsi: Pengamatan Organoleptik. Pengamatan organoleptik dilakukan selama satu bulan terhadap masing-masing sediaan emulsi yang meliputi perubahan bau, warna, dan pertum- buhan jamur. Hasil pengamatan menunjukkan bah- wa tidak terjadi perubahan warna, bau, maupun pertumbuhan jamur pada semua formula. Penentuan Tipe Emulsi Penentuan tipe emulsi dilakukan terhadap sediaan emulsi dengan menggunakan metode pe- ngenceran dan metode zat warna. Hasil pengamat- an dengan metode pengenceran menunjukkan bahwa semua formula larut dalam air namun tidak larut dalam minyak, serta emulsi berwarna biru saat dilakukan pengujian dengan metode metilen blue. Tabel 1. Orientasi Formula Emulsi Minyak Kelapa Murni dengan Emulgator PGA, Xanthan Gum, Veegum, serta Kombinasi Xanthan Gum dan Veegum beserta Data pH dan Viskositas Formula Minyak Kelapa Murni (%b/b) PGA (%b/b) Xanthan Gum (%b/b) Veegum (%b/b) pH Viskositas (cPoise) Pengamatan 1 40 5 - - 4,27 X + 2 40 10 - - 4,63 X + 3 40 15 - - 3,88 0,75 - 4 40 20 - - 4,00 5,06 - 5 40 - 0,5 - 5,90 x + 6 40 - 1,5 - 5,14 x + 7 40 - 3 - 5,14 x + 8 40 - - 1 7,23 x + 9 40 - - 3 7,92 x + 10 40 - - 5 7,60 x + 11 40 - 0,5 1 7,47 x * 12 40 - 0,5 3 7,71 x * 13 40 - 1 1 6,71 27000 - 14 40 - 1 3 7,08 x * 15 40 - 1,5 1 6,93 23200 - 16 40 - 1,5 3 7,36 31200 - 17 40 - 1 1 6,55 36000 - 18 40 - 1,5 1 6,78 29000 - keterangan : + = terjadi koalesensi; * = terjadi creaming - = tidak terjadi koalesensi/creaming x = tidak dilakukan pengukuran karena terjadi koalesensi/creaming Tabel 2. Formula Sediaan Emulsi Yang Dilakukan Evaluasi dan Uji Stabilita Fisik Komposisi Formula (% b/b) 15 13 18 17 4 Fasa air PGA Veegum Xanthan Gum Metil paraben Propilparaben Na-Benzoat Manitol Esen cocopandan Vanilin Air suling ad Fasa minyak Minyak kelapa murni Vitamin E asetat - 1 1,5 0,17 0,03 - - - - 150 g 40 0,1 - 1 1,5 0,17 0,03 - - - - 150 g 40 0,1 - 1 1 0,17 0,03 - - - - 150 g 40 0,1 - 1 1 0,17 0,03 - - - - 150 g 40 0,1 20 - - - - 0,2 20 1 tetes 1 150 g 40 0,1 92 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... Evaluasi Homogenitas Sejumlah kecil sediaan emulsi yang telah jadi dioleskan tipis-tipis pada permukaan kaca objek yang kemudian diamati homogenitas sediaan de- ngan cara menggeser sediaan pada permukaan kaca objek tersebut dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya dengan menggunakan bantuan kaca objek lain. Hasil pengamatan homogenitas menun- jukkan bahwa semua sediaan homogen. Pengukuran pH Sediaan pH masing-masing sediaan emulsi diukur pada tiap selang waktu selama satu bulan menggunakan pH Meter Beckman. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kurva pengaruh penyimpanan pada suhu ruang terhadap pH sediaan. 0 10 20 30 40 0 10 20 30 Waktu (hari) V isk os ita s( cP oi se ) 0 10000 20000 30000 40000 0 10 20 30 Waktu (hari) V isk os ita s( cP oi se ) Formula 15 Formula 13 Formula 18 Formula 17 Formula 4 Gambar 2 Kurva pengaruh penyimpanan pada suhu ruang terhadap viskositas sediaan 4, 15, 13, 18, dan 17. Pengukuran Viskositas dan Reologi Sediaan Viskositas masing-masing sediaan emulsi diukur pada tiap selang waktu selama satu bulan menggunakan viskometer Brookfield. Hasil peng- amatan dapat dilihat pada Gambar 2. Penentuan reologi sediaan dilakukan menggu- nakan viskometer Brookfield dengan cara penen- tuan viskositas sediaan terhadap peningkatan dan penurunan ppm (putaran per menit) yang diberikan. Dibuat kurva rate of shear (ppm) terhadap shear- ing (viskositas dikali dengan ppm). Kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Uji Stabilita Fisik Pengujian stabilitas fisik terhadap sediaan emulsi yang sudah jadi dilakukan dengan meng- gunakan dua metode, yakni metode sentrifugasi dan metode freeze thaw. Pengamatan uji pemisah- an fasa menggunakan metode sentrifugasi menun- jukkan bahwa semua sediaan stabil setelah disen- trifugasi dengan kecepatan 3000 rpm, 3750 rpm, dan 5000 rpm kecuali sediaan 4 yang menunjukkan ketidakstabilan saat disentrifugasi dengan kecepat- an 3750 rpm. Pengaruh freeze thaw terhadap ukur- an globul sediaan 4 dapat dilihat pada Tabel 3. DISKUSI Orientasi kecepatan pengadukan bertujuan untuk mengetahui kecepatan pengadukan optimal dalam pembuatan emulsi, karena kecepatan peng- adukan merupakan salah satu titik kritis dalam pem- buatan emulsi. Pengadukan dilakukan untuk me- mecah globul-globul minyak agar menghasilkan ukuran globul yang lebih kecil, agar lebih mudah terdispersi. Ukuran globul yang lebih kecil juga me- nyebabkan viskositas menjadi meningkat, sehing- ga kecepatan terjadinya endapan menjadi terham- 93 Mutiara Medika Vol. 11 No. 2: 88-100, Mei 2011 bat. Selain itu, globul-globul yang terdispersi harus memiliki ukuran yang seragam untuk menjamin keseragaman dosis. Waktu pengadukan harus tepat, tidak boleh terlalu sebentar atau terlalu lama. Jika waktu pengadukan terlalu pendek, dikhawatir- kan proses emulsifikasi belum sempurna, globul yang terbentuk masih dalam ukuran besar dan emulgator belum melapisi globul secara sempurna sehingga kestabilan emusi akan berkurang (mudah terjadi koalesensi), sedangkan jika waktu peng- adukan terlalu lama kemungkinan juga akan menyebabkan terjadi tumbukan antar globul minyak lebih sering yang dapat menyebabkan koelesensi. Oleh karena itu selain orientasi kecepatan peng- adukan perlu juga dilakukan orientasi waktu pengadukan.4,5,7,8 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada kecepatan pengadukan 300 dan 750 ppm sediaan yang dihasilkan pecah, karena terbentuk tetesan minyak pada permukaan emulsi.7,8 Pada kecepatan pengadukan 1200 ppm sediaan yang dihasilkan walaupun pecah namun minyak yang keluar tidak Tabel 3. Pengaruh Freeze Thaw terhadap Ukuran Globul Sediaan 4 Temperatur dan siklus Ukuran rata-rata globul (µm) 25 ºC (kontrol) 4,595 ± 0,432 4 ºC siklus 1 2,923 ± 0,321 25 ºC (kontrol) 4,514 ± 0,648 45 ºC siklus 1 0,888 ± 0,049 25 ºC (kontrol) 4,070 ± 0,239 4 ºC siklus 2 3,404 ± 0,449 25 ºC (kontrol) 3,219 ± 0,478 45 ºC siklus 2 3,515 ± 0,477 Reologi Sediaan 13 0 1 2 3 4 5 6 0 50000 100000 150000 Shearing stress (dyne/cm2) R at e of s he ar (1 /d et ik ) Reologi Sediaan 17 0 1 2 3 4 5 6 0 50000 100000 150000 200000 Shearing stress (dyne/cm2) R at e of sh ea r (1 /d et ik ) Reologi Sediaan 4 0 1 2 3 4 5 6 0 50 100 150 200 250 Shearing stress (dyne/cm2) R at e of s he ar (1 /d et ik ) Gambar 3. Penentuan reologi sediaan 94 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... sebanyak pada sediaan dengan kecepatan peng- adukan 300 dan 750 ppm, sedangkan pada sedia- an yang menggunakan kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum dengan perbandingan 1,5% dan 3% sediaan tidak pecah. Pada orientasi kecepatan pengadukan, waktu pengadukan dilaku- kan selama 30 menit. Dapat disimpulkan bahwa kecepatan pengadukan 1200 ppm selama 30 menit dapat digunakan dalam pembuatan emulsi ini. Pengembangan formulasi emulsi ini dilakukan dengan cara basah. Cara basah memiliki keuntung- an terutama bila yang digunakan sebagai emulga- tor adalah bahan yang mengembang seperti keba- nyakan koloid hidrofilik. Hal tersebut karena pe- ngembangan emulgator dilakukan secara terpisah sehingga pengembangannya akan maksimal. Pe- ngembangan emulgator yang tidak maksimal dapat menimbulkan pengembangan terjadi selama pe- nyimpanan, sehingga kemungkinan peningkatan viskositas dan bobot sediaan akan terjadi.4,5,7,8 Sebagai emulgator dalam pengembangan formulasi emulsi oral ini digunakan beberapa emul- gator alam yaitu PGA, veegum, xanthan gum, dan kombinasi xanthan gum dengan veegum.6,12 Hasil orientasi formula emulsi minyak kelapa murni menggunakan emulgator PGA, xanthan gum, veegum, serta kombinasi xanthan gum dan vee- gum dapat dilihat pada Tabel 1. PGA dan xanthan gum merupakan koloid hi- drofilik polisakarida yang dapat berfungsi sebagai emulgator dan pengental. Koloid hidrofilik berperan sebagai emulgator dengan cara menyelubungi glo- bul minyak dengan lapisan multilayer untuk mence- gah globul-globul untuk bersatu kembali. Pada umumnya produk dengan emulgator koloid hidrofilik adalah emulsi m/a karena senyawa-senyawa koloid hidrofilik tersebut diadsorpsi pada antar muka minyak-air dan akhirnya terbentuk lapisan hidrofilik di sekitar globul. Koloid hidrofilik dapat dianggap sebagai zat aktif permukaan karena berada pada batas antarmuka minyak-air. Perbedaannya de- ngan zat aktif permukaan sintesis adalah tidak menyebabkan menurunnya tegangan permukaan yang bermakna dan membentuk suatu lapisan multimolekular pada antar muka. Dengan adanya beberapa gugusan hidrofilik dan hidrofobik, setiap molekul terikat pada beberapa titik pada antar muka minyak-air. Efek tambahan yang mendorong emul- sinya menjadi stabil adalah kenaikan viskositas yang bermakna dari medium pendispersi (air), sehingga terjadi peningkatan viskositas sediaan emulsi secara signifikan.4,5,7,8,13,14 Berdasarkan hubungan antara viskositas dan laju koalesensi berdasarkan hukum Stokes, maka peningkatan viskositas emulsi akan dapat mengu- rangi laju terjadinya koalesensi.Hukum Stokes : 2 12 gr r - atau 2 12 gr r - υ adalah kecepatan sedimentasi (cm/s), r adalah jari-jari partikel (cm), ρ1 adalah bobot jenis fasa terdispersi (kg/cm3), ρ2 adalah bobot jenis fasa pendispersi (kg/cm3), g adalah percepatan gravitasi (cm/s2), dan η adalah viskositas cairan (poise). Semakin tinggi viskositas dan semakin kecil jari- jari globul maka kecepatan pengendapan semakin kecil.4,5,7,8 Larutan PGA dapat terurai oleh adanya bakteri dan enzim. Oleh karena itu untuk menginaktivasi enzim yang ada, larutan PGA dipanaskan pada 100ºC dalam waktu singkat.6,12 Dalam percobaan dilakukan pemanasan PGA pada 100ºC dalam 95 Mutiara Medika Vol. 11 No. 2: 88-100, Mei 2011 waktu 5 (lima) menit, diharapkan dalam waktu 5 menit enzim telah terinaktivasi sehingga pengurai- an PGA akibat reaksi-reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim dapat dihindari. PGA dikembangkan dengan 2,7 kali air. Se- cara teoritis PGA dikembangkan dengan 7 kali air, namun bobot sediaan akan melebihi bobot sediaan yang diinginkan. PGA dapat larut dalam 2,7 kali air.6 Oleh karena itu agar diperoleh bobot sediaan yang tidak melebihi bobot sediaan yang diinginkan maka PGA dikembangkan dengan 2,7 kali air dan disempurnakan pengembangannya selama 2 jam.6 Dalam pembuatan emulsi, sediaan dalam matkan distirer selama 15 menit. Padahal pada saat orientasi kecepatan pengadukan sediaan distirer selama 30 menit. Pengurangan waktu pengadukan ini dilakukan karena sediaan dengan emulgator PGA sebelumnya telah digerus dalam mortir hingga terbentuk emulsi yang stabil. Pengadukan dengan stirer dilakukan hanya untuk penyempurnaan saja. Orientasi formula sediaan emulsi minyak kela- pa murni menggunakan emulgator PGA dalam konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%, sedangkan xanthan gum dalam konsentrasi 0,5%, 1,5%, dan 3%.6 Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh se- diaan dengan penampilan fisik yang baik yaitu sediaan menggunakan emulgator PGA 20%. Emul- si menggunakan emulgator PGA dengan konsen- trasi 5% dan 10% terjadi pemisahan fasa, sedang- kan sediaan dengan PGA 15% pecah beberapa menit setelah emulsi selesai dibuat. Begitu juga de- ngan emulsi menggunakan emulgator xanthan gum dengan konsentrasi sebanyak 0,5%, 1,5% dan 3%, walaupun telah dilakukan pengocokan kembali namun tetap terjadi pemisahan fasa setelah emulsi didiamkan beberapa menit. Pada emulsi diduga telah terjadi koalesensi yaitu peristiwa ketidakstabilan emulsi yang dika- renakan tidak hanya oleh energi bebas permukaan tetapi juga karena ketidaksempurnaan pelapisan globul, sehingga terjadi penggabungan globul-glo- bul menjadi lebih besar. Ketidaksempurnaan pela- pisan globul ini dapat disebabkan antara lain kon- sentrasi emulgator yang digunakan belum mencu- kupi untuk menyelimuti globul-globul atau pengem- bangan emulgator yang belum sempurna sehingga proses pembentukan lapisan multimolekular belum sempurna. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah sistem emulsi yang terbentuk kurang kental, se- hingga globul-globul tidak dapat dipertahankan te- tap pada posisinya. Akibatnya laju sedimentasi akan meningkat dan diperoleh emulsi yang tidak stabil.4,5,7,8 Veegum adalah emulgator jenis partikel padat berbentuk koloid terbagi halus yang teradsorbsi pa- da permukaan globul terdispersi dan menghalangi bersatunya antar globul. Veegum berfungsi sebagai penstabil emulsi dan pengental. Partikel-partikel pa- dat terbagi halus yang dibasahi sampai derajat ter- tentu oleh minyak dan air dapat bekerja sebagai zat pengemulsi. Hal ini diakibatkan oleh keadaan- nya yang pekat pada antarmuka di mana dihasilkan suatu lapisan sekitar tetesan terdispersi, sehingga dapat mencegah terjadinya penggabungan.4,5,7,8 Dalam percobaan veegum dikembangkan da- lam larutan stok. Dengan pembuatan larutan stok diharapkan pengembangan veegum dapat lebih sempurna karena digunakan air yang diperkirakan cukup banyak (20 kali jumlah veegum) untuk proses pengembangan veegum. Berdasarkan pengamatan, emulsi mengguna- kan emulgator veegum dengan konsentrasi 1%, 96 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... 3% dan 5% terjadi pemisahan fasa beberapa menit setelah emulsi selesai dibuat. Walaupun telah dilakukan pengocokan kembali, namun tetap terjadi pemisahan fasa. Hal ini menunjukkan bahwa emulsi mengalami koalesensi. Koalesensi dapat di- sebabkan antara lain oleh konsentrasi emulgator yang digunakan belum mencukupi untuk menyeli- muti globul minyak, sehingga kemungkinan globul- globul untuk bersatu kembali dapat terjadi, emulsi yang terbentuk kurang viskos sehingga globul-glo- bul tidak dapat dipertahankan tetap pada posisinya, dan kualitas veegum yang digunakan tidak baik.4,5,7,8 Veegum seharusnya berbentuk kepingan de- ngan warna putih hingga putih gading6, namun veegum yang terdapat di laboratorium berbentuk kepingan dengan warna putih kusam. Kualitas veegum yang tidak baik dapat mempengaruhi ke- mampuan veegum untuk teradsorbsi pada permu- kaan globul dan menghalangi globul bersatu. Faktor lain adalah pengembangan veegum yang belum sempurna.4,5,7,8 Pengembangan veegum dengan diblender selama 15 menit mungkin saja belum mencukupi untuk veegum dapat mengem- bang sempurna untuk menunjang proses penyeli- mutan globul yang sempurna. Pengembangan formulasi emulsi lainnya menggunakan kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum. Campuran antara xanthan gum dan veegum dengan rasio antara 1:2 dan 1:9 meng- hasilkan properti yang optimum, selain itu efek reo- logi yang sinergis terjadi.6 Mekanisme kombinasi xanthan gum dan veegum sebagai emulgator adalah xanthan gum yang merupakan koloid hidro- filik membentuk lapisan multimolekular yang me- nyelimuti globul, sedangkan veegum berfungsi sebagai penstabil emulsi tersebut dengan ter- adsorbsi pada permukaan globul terdispersi sehingga menghalangi antar globul bersatu.4,5,7,8 Sediaan menggunakan kombinasi emulgator xanthan gum dan veegum dengan konsentrasi 0,5% dan 1% serta 0,5% dan 3% memiliki konsis- tensi yang baik, mudah dituang, tidak terjadi pemi- sahan fasa namun sediaan pecah, tampak tetesan minyak pada permukaan sediaan. Pada sediaan dengan konsentrasi xanthan gum dan veegum 1,5% dan 3% tidak terjadi pemisahan fasa, tidak pecah namun tidak dapat dituang karena viskositas yang terlalu tinggi. Sediaan dengan konsentrasi xanthan gum dan veegum 1% dan 1%, 1% dan 3%, serta 1,5% dan 1% memiliki konsistensi yang baik, mudah dituang, tidak terjadi pemisahan fasa dan tidak pecah, namun sediaan dengan perban- dingan konsentrasi xanthan gum dan veegum 1% dan 1% pada hari ke-3 tampak tetesan minyak pada permukaan sediaan sehingga disimpulkan sediaan pecah, sedangkan pada sediaan dengan perban- dingan konsentrasi xanthan gum dan veegum 1% dan 1% serta 1,5% dan 1% hal tersebut terjadi pada hari ke-10. Pengocokan kembali pada sediaan yang pe- cah membantu mengembalikan sediaan ke kondisi semula. Ketidakstabilan emulsi ini disebut dengan creaming yang terjadi karena adanya energi bebas permukaan, globul-globul saling bergabung kemba- li sehingga pada emulsi terbentuk lapisan-lapisan dengan kerapatan massa yang berbeda-beda. Jika fenomena ini terjadi pada emulsi maka emulsi ma- sih dapat diperbaiki melalui peningkatan viskositas sediaan emulsi dengan penambahan zat peningkat 97 Mutiara Medika Vol. 11 No. 2: 88-100, Mei 2011 viskositas dan pengocokan. Creaming tersebut juga dapat terjadi karena metode pembuatan emulsi yang kurang tepat sehingga kombinasi emulgator tidak dapat bekerja maksimal.4,5,7,8,15,16 Berdasarkan pengamatan sediaan mengguna- kan kombinasi emulgator xanthan gum dengan veegum menggunakan metode pembuatan di atas (selanjutnya disebut metode pembuatan I), diper- oleh sediaan dengan penampilan fisik yang lebih baik dari pada sediaan lainnya yaitu sediaan de- ngan kombinasi emulgator xanthan gum dengan veegum 1% dan 1% serta 1,5% dan 1%. Pada metode pembuatan II veegum ditambahkan dalam korpus emulsi yang terdiri dari xanthan gum dan minyak, sedangkan pada metode pembuatan I korpus emulsi dibuat dari veegum bersama-sama dengan xanthan gum dan minyak. Pada formula 17 dan 18 diperoleh sediaan de- ngan kualitas yang tidak terlalu baik, sama halnya dengan metode pembuatan I. Walaupun tidak ter- jadi pemisahan fasa, namun sediaan pecah pada hari ke-12. Kualitas emulgator yang kurang baik seperti kualitas veegum yang telah dijelaskan se- belumnya, dapat menjadi penyebab kekuatannya sebagai penstabil emulsi berkurang selain karena pengembangan emulgator yang kurang sempurna. Emulsi dengan formula 15, formula 13, formula 18, dan formula 17 dilakukan evaluasi dan uji sta- bilita dengan strees testing untuk menghasilkan sediaan dengan penampilan fisik yang lebih baik dari formula lainnya.4,5,7,8 Evaluasi dan uji stabilita fisik juga dilakukan terhadap emulsi dengan for- mula 4 (menggunakan emulgator PGA 20%). For- mula sediaan emulsi yang dilakukan evaluasi dan uji stabilita fisik dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan pada evaluasi se- diaan terhadap masing-masing sediaan dapat di- simpulkan bahwa sediaan stabil secara organo- leptik karena tidak tampak adanya perubahan bau, warna, dan pertumbuhan jamur.4,5,7,8,11,12 Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan metode pengenceran dan metode metilen blue.4,5,7,8 Berdasarkan peng- amatan semua sediaan larut ketika diencerkan de- ngan air namun tidak larut ketika diencerkan dengan minyak. Pada metode metilen blue, terlihat warna biru ketika preparat sediaan dilihat di bawah mikroskop. Dapat disimpulkan bahwa tipe emulsi adalah minyak dalam air. Uji homogenitas menun- jukkan bahwa semua sediaan homogen atau zat aktif minyak kelapa murni terdispersi merata pada seluruh sediaan. Hasil pengukuran pH dan viskositas dapat dili- hat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Pengukuran viskositas sediaan menunjukkan bahwa viskositas sediaan 15 dan 17 meningkat dan cenderung konstan hingga hari ke-15, namun keganjilan terjadi pada sediaan 13, 18, dan 4 yang mengalami kenaikan dan penurunan viskositas tidak beraturan sehingga dicurigai mengalami creaming dimana terbentuk lapisan-lapisan dengan kerapatan massa yang berbeda-beda di dalam emulsi. Berdasarkan pengukuran terlihat bahwa pH sediaan 15, 13, 18, dan 17 relatif stabil yaitu berkisar antara 6,5-7,30 dan sekitar 5 untuk sediaan 4. Rheogram sediaan dapat dilihat pada Gambar 3. Rheogram tersebut menunjukkan bahwa formula emulsi 15, 13, 18, 17, dan 4 memiliki aliran tikso- tropi. Aliran tiksotropik adalah aliran cairan non Newton yang sifat alirannya dipengaruhi waktu. Tiksotropik didefinisikan sebagai suatu pemulihan 98 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... yang isoterm dan lambat pada pendiaman bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Apabila tekanan geser dihilangkan, maka sistem kembali ke kondisi semula memerlukan waktu yang berbeda dengan waktu terjadinya kurva naik. Kon- disi ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang tidak segera kembali ke keadaan semula ketika tekanan geser diturunkan.4,5,7,8 Pengujian stabilitas fisik sediaan emulsi dilaku- kan menggunakan metode sentrifugasi dan freeze thaw. Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 3000 dan 5000 ppm selama 30 menit dan kecepat- an 3750 ppm selama lima jam dan dicatat pada menit ke berapa mengalami pemisahan fasa. Pada uji dengan sentrifugasi, emulsi dikatakan stabil apa- bila tidak menunjukkan kemunduran setelah dilaku- kan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 sampai 3000 ppm pada temperature kamar.7,8 Sentrifugasi pada 3750 ppm dalam suatu radius sentrifugasi 10 cm untuk waktu lima jam setara dengan efek gravitasi selama satu tahun.4 Hasil pengamatan me- nunjukkan bahwa semua emulsi stabil pada uji stabilita menggunakan metode sentrifugasi, kecuali formula 4, dengan sentrifugasi 3750 ppm pada jam ke-2 mengalami pemisahan. Namun formula 4 sta- bil pada sentrifugasi dengan kecepatan 3000 dan 5000 ppm. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa formula 4 cukup stabil terhadap uji stabilita menggunakan metode sentrifugasi. Pada metode freeze thaw dilakukan perhitung- an secara statistik menggunakan analisis rancang- an dua kelompok teracak sempurna dengan aras keberartian 0,05 terhadap ukuran globul fasa ter- dispersi setelah penyimpanan pada temperatur 4ºC dan 45ºC dibandingkan dengan ukuran globul fasa terdispersi pada temperatur ruangan pada hari yang sama sebagai kontrol. Freeze thaw dilakukan hingga enam hingga delapan siklus, dengan satu siklusnya adalah penyimpanan pada temperatur 4ºC dan 45ºC dengan lama penyimpanan setiap temperatur dua hingga tiga hari.4,5,7,8 Pengaruh freeze thaw terhadap sediaan 15, 13, 18, 17 adalah terjadi pemisahan fasa sejak siklus pertama se- hingga pada sediaan 15, 13, 18, 17 tidak dilakukan pengukuran ukuran globul, sedangkan pada for- mula 4 tidak terjadi pemisahan fasa hingga siklus kedua namun terjadi pemisahan fasa sejak siklus ketiga. Pengaruh freeze thaw terhadap ukuran globul sediaan 4 dapat dilihat pada Tabel 3. Ukuran globul berpengaruh terhadap pemisahan fasa. Semakin kecil ukuran globul semakin besar pula energi bebas permukaannya, sehingga kemungkinan terjadinya penggabungan fasa terdispersi menjadi lebih besar yang pada akhirnya berpengaruh pada pemisahan fasa.4,5,7,8 Oleh karena itu, pemisahan emulsi 15, 13, 18, 17 mungin saja disebabkan oleh ukuran globul sediaan yang terlalu kecil. Ukuran globul yang kecil semakin tahan terhadap tekanan yang diberikan oleh sentrifugasi karena sentrifugasi dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga globul yang mudah mengendap adalah globul dengan ukuran yang besar, sehingga sediaan 15, 13, 18, 17 tidak mengalami pemisahan fasa menggunakan metode sentrifugasi. Sediaan 4 dinyatakan cukup stabil terhadap uji stabilita menggunakan metode sentrifugasi dan freeze thaw. Hasil pengamatan secara umum me- nunjukkan penyimpanan pada temperatur 4ºC dan 45ºC pada siklus ke-2 tidak mempengaruhi ukuran 99 Mutiara Medika Vol. 11 No. 2: 88-100, Mei 2011 globul partikel terdispersi, sedangkan pada siklus ke-1 penyimpanan mempengaruhi ukuran globul partikel terdispersi. Hasil perhitungan statistik menggunakan analisis rancangan dua kelompok teracak sempurna dengan aras keberartian 0,05 menyatakan bahwa terdapat perbedaan ukuran globul secara bermakna setelah disimpan dalam temperatur 4ºC siklus 1 dan 45ºC siklus 1, serta pada 45ºC siklus 1 dan 4ºC siklus 2. Secara umum data ukuran globul menunjuk- kan hasil yang tidak beraturan. Pada penelitian ini, data ukuran globul tidak dapat dijadikan parameter kestabilan fisik krim secara pasti karena cara peng- ambilan data yang kurang tepat. Jumlah globul yang harus dihitung adalah sekitar 300 hingga 500 agar memperoleh perkiraan distribusi ukuran yang baik5, namun akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga pada percobaan ini dilakukan peng- ambilan data kurang lebih 50 globul. SIMPULAN Secara umum formula emulsi dengan penam- pilan fisik yang meliputi warna, rasa, dan viskositas serta stabilita fisik yang paling baik adalah emulsi minyak kelapa murni 40% (b/b) menggunakan emulgator PGA 20%. Perlu dilakukan uji farmakologi seperti efek anti diabetes emulsi oral minyak kelapa murni diban- dingkan dengan minyak kelapa murni. Hal ini dila- kukan untuk mengetahui adanya perubahan efek akibat modifikasi sediaan menjadi sediaan emulsi. Disamping itu perlu juga dilakukan variasi pengawet seperti penambahan nipagin dan nipasol karena emulator alam yang digunakan sangat rentan terhadap pertumbuhan mikroorganisme. DAFTAR PUSTAKA 1. Alamsyah AN. Virgin Coconut Oil: Minyak Penakluk Aneka Penyakit. Depok: PT. Agro- media Pustaka, 2005; 1-104. 2. Wibowo S. Peran Virgin Coconut Oil Untuk Kesehatan dan Pencegahan Komplikasi Dia- betes, Workshop Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-10, Kedeputian Perkembangan Riptek-Kementerian Negara Riset dan Tekno- logi. 2005. 3. Sutarmi. Taklukkan Penyakit dengan Virgin Co- conut Oil. Jakarta: Penebar Swadaya, 2005; p.33-47. 4. Lachman LHA, Lieberman, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri, ed. 3, jil. 2, terje- mahan S. Suyatmi. Jakarta: UI-Press, 1994; p.1029–1088. 5. Martin AJ, Swarbrick, Cammarata A. Farmasi Fisik : Dasar-dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik, jil. 2,ed. 3, Jakarta: Penerbit UI Press, 1993; 1035-1120, 1143-1170. 6. Rowe RC, Paul JS, Paul JW. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 4th ed. London: The Pharmaceutical Press, 2003; p.1-2, 27-29, 97- 99, 343-346, 549-550, 691-693. 7. Leiberman HA, Rieger MM, Banker GS. 1988. Pharmaceutical Dossage Forms: Disperse System, vol. 1. New York: Marcel Decker Inc., 1988; p.199-240. 8. Leiberman HA, Rieger MM, Banker GS. 1988. Pharmaceutical Dossage Forms: Disperse System, vol. 2. New York: Marcel Decker Inc., 1988; p.335-369. 9. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia, ed. 4, 100 Ingenida Hadning, Formulasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan Oral Emulsi ... Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 1995, 6-7, 948-950, 1030-1031. 10. Aditiawati P. Pengembangan Minyak Kelapa Fermentasi (Virgin Coconut Oil), Workshop Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-10, Kedeputian Perkembangan Riptek-Kemente- rian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta, 2005, 1-3. 11. Patel NK, Romanowski JM. Heterogeneous Systems II : Influence of Partitioning and Mo- lecular Interactions on In Vitro Biologic Activity of Preservatives ini Emulsions. J Pharm. Sci 1970;59:372-375. 12. Wade A, Weller PJ. Handbook of Pharmaceu- tical Excipients, 2nd ed., London: The Pharma- ceutical Press, 1994; p.1, 47, 269, 477. 13. King RE. 1984, Dispensing of Medication, 9th ed. Pennsylvania: Mack Publishing Company, 1984; p.108-117. 14. Lissant KJ. 1974, Surfactant Science Series Volume 6: Emulsions and Emulsion Techno- logy. New York: Marcel Dekker Inc., 1974; p. 1-123. 15. Lund W. 1994, The Pharmaceutical Codex, 12th ed., London: The Pharmaceutical Press, 1994, p.32-37. 16. Swarbrick J, Boylan JC (Eds.). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, vol.5. New York: Marcel Dekker Inc., 1992; p.137-157, 169-184.