1 Mutiara Medika Vol. 12 No. 1: 1-5, Januari 2012 Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas Infark Miokard Akut The Relationship between Neutrophil Count and Acute Myocardial Infarction Mortality Mugi Restiana Utami1, Adang Muhammad Gugun2* 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta *Email: adang_patklin@yahoo.com Abstrak Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi otot jantung yang tidak mendapatkan cukup darah dan oksigen. Jaringan yang mengalami infark dapat menimbulkan reaksi peradangan pada daerah perbatasan antara infark dengan jaringan hidup. Neutrofil dengan cepat memasuki daerah yang mati dan mulai melakukan penghancuran. Neutrofilia merupakan petanda inflamasi pada kejadian koroner akut dan mempunyai nilai prognostik. Belum ada penelitian yang spesifik pada angka neutrofil sebagai prediktor mortalitas infark miokard akut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan angka neutrofil dengan mortalitas IMA. Jenis penelitian analitik observasional dengan desain studi kasus kontrol dengan menggunakan rekam medis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dikelompokkan menjadi kelompok meninggal dan kelompok yang masih hidup. Didapatkan 146 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, 38 orang dalam kelompok yang meninggal dan 108 orang untuk kelompok yang masih hidup. Hasil analisis dengan chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kelompok yang meninggal maupun yang masih hidup dengan nilai OR 1,476 (95% CI 0,65-3,22; p=0,368), sehingga dapat disimpulkan bahwa angka netrofil tidak berhubungan dengan mortalitas IMA. Kata kunci: Infark miokard akut, mortalitas, neutrofilia Abstrak Acute Myocardial Infarction (AMI) is an insufficiency of oxygen and blood in myocard. Infarction can induce inflammation reaction in borderline area of infarct and health tissue. Neutrophil enter to infarct area immediately and destroy. Neutrophilia is inflammation marker in acute coroner syndrome and have prognostic value. There is no a specific research about neutrophil as predictor of mortality of acute myocardial infarction. The objective research is to ascertain the relationship between neutrophil counts following acute myocardial infarction during hospitalization. An observational analytical research was done on AMI patients were hospitalized in the PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital with case control design using medical records. Subject who fulfilled inclusion and exclusion criteria were divided into 2 groups, death group and live group. There were 146 samples which were divided into 2 groups, 38 patients in death group and 108 patients in live group. Chi square test showed that there is no signifi- cance statistically between death group and live group with OR 1,44 (95% CI 0,65-3,22; p=0,368). Neutrophil count does not related with mortality of AMI. Key words: Acute myocardial infarct, mortality, neutrophilia ARTIKEL PENELITIANARTIKEL PENELITIAN 2 Mugi Restiana Utami, Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas ... PENDAHULUAN Infark Miokard Akut (IMA) adalah suatu kondisi dimana otot jantung tidak mendapatkan cukup da- rah dan oksigen akibat aterosklerosis pembuluh darah jantung sehingga sel otot jantung mati.1 Di Indonesia, penyakit kardiovaskular termasuk PJK menempati urutan pertama penyebab seluruh ke- matian, yaitu mencapai 16% pada Survei Kese- hatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992. Survei Kesehatan Rumah Tangga Survei Kesehatan Na- sional (SKRT-Suskernas) tahun 1995 mencatat peningkatan hingga 18,9%. Hasil SKRT-Suskernas tahun 2001 malah menunjukkan angka 26,4 %.2 Infark miokard merupakan proses lanjut dari iskemik miokard dimana terjadi penurunan aliran darah yang menuju miokard. Iskemik miokard dise- babkan aterosklerosis yang mengawali proses inflamasi kronik dinding arteri dan menyebabkan timbulnya ateroma.3 Proses inflamasi menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis.4 Selain itu, reaksi inflamasi juga terjadi pada daerah perba- tasan antara infark dengan jaringan hidup. Neutrofil dan makrofag dengan cepat memasuki daerah yang mati, melakukan penghancuran. Sebagai ha- sil dari penghancuran, terbentuk jaringan parut pa- da daerah infark.5 Oleh karena itu, adanya pening- katan neutronfil merupakan petanda inflamasi pada kejadian koroner akut dan mungkin mempunyai ni- lai prognostik pada IMA. Penelitian sebelumnya menunjukkan leukositosis dan neutrofilia relatif pa- da IMA berhubungan dengan kejadian gagal jan- tung kongestif selama perawatan di rumah sakit.6,7 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan angka neutrofil dengan mortalitas IMA. BAHAN DAN CARA Jenis penelitian adalah analitik observasional dan desain studi kasus kontrol mengunakan rekam medis. Subjek penelitian adalah pasien IMA yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2006-Juli 2009. Subjek diseleksi melalui kriteria inklusi dan kri- teria eksklusi. Kriteria inklusi terdiri dari subjek yang didiagnosis IMA dan melakukan pemeriksaan ang- ka nutrofil, sedangkan kriteria eksklusi terdiri dari subjek yang sedang menderita penyakit berat. Subjek dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kasus dan kontrol. Kelompok kasus adalah pasien IMA yang meninggal selama masa perawatan di rumah sakit, sedangkan kelompok kon- trol adalah pasien yang bertahan hidup selama masa perawatan di rumah sakit. Selanjutnya, masing- masing kelompok dikelompokkan lagi sesuai dengan angka neutrofil, yaitu menjadi kelompok neu- trofilia jika angka neutrofil relatif >65% atau kelompok tidak neutrofilia jika angka neutrofil relatif <65%. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah angka neutrofil pasien IMA dan variabel terikatnya adalah mortalitas pasien IMA. Pengolahan dan me- tode analisa data yang digunakan adalah uji Chi square dengan tabel 2x2 antara angka neutrofil de- ngan mortalitas pasien IMA. HASIL Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Angka Neutrofil Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan 95 51 65,07 34,93 Umur (tahun) 30-39 40-49 50-59 >60 9 33 40 64 6,16 22,60 27,40 43,84 Angka Neutrofil Netropenia/normal Neutrofilia 51 95 34,93 65,07 Mortalitas Hidup Meninggal 108 38 73,97 26,03 Total 146 100 3 Mutiara Medika Vol. 12 No. 1: 1-5, Januari 2012 Tabel 1. menjelaskan bahwa sebagian besar pasien IMA berjenis kelamin laki-laki, yaitu seba- nyak 95 orang (65,07%). Usia yang paling banyak mengalami IMA adalah usia lebih dari 60 tahun, yaitu 64 orang (43,84%). Pada Tabel 2. dapat dilihat pula semakin tua umur seseorang semakin tinggi prevalensi IMA. Se- lain itu, sebagian besar pasien IMA mengalami neu- trofilia, yaitu sebanyak 108 orang (65,07%). Seba- nyak 38 orang (26,03%) meninggal atau termasuk kelompok kasus dan 108 orang (73,97%) hidup atau selama menjalani perawatan di RS PKU Muham- madiyah Yogyakarta termasuk kelompok kontrol. Pada Tabel 2. kelompok subjek yang paling banyak mengalami neutrofilia adalah sebanyak 65 orang (44,52%) pada kelompok laki-laki, sedang- kan kelompok umur yang banyak mengalami neu- trofilia adalah kelompok umur lebih dari 60 tahun, yaitu 48 orang (32,88%). Tabel 3. menunjukkan bahwa subjek yang me- ninggal lebih banyak pada kelompok laki-laki dari pada kelompok perempuan, yaitu sebanyak 22 o- rang (15,07%). Berdasarkan kelompok usianya, ke- lompok usia lebih dari 60 tahun merupakan kelom- pok terbanyak yang meninggal, yaitu sebanyak 21 orang (14,39%). Subjek yang mengalami neutrofi- lia lebih banyak yang meninggal dibandingkan ke- lompok tidak neutrofilia, yaitu sebanyak 27 orang (18,50%). Tabel 4. menunjukkan bahwa angka neutrofil responden rata-rata sebesar 68,88% dengan nilai mínimum 7,43% dan maksimum 92,70%. Angka 68,88% berada diatas batas normal, yaitu 65%. Pada Tabel 5. nilai signifikansi menunjukkan angka 0,368 dan didapatkan nilai Odd Ratio sebe- sar 1,44 (95% CI 0,65-3,22). Oleh karena p> 0,05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara neutrofilia dengan mortalitas pada pasien IMA yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yog- yakarta selama periode Januari 2006 - Juli 2009. DISKUSI Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pasien yang mengalami IMA terbanyak berjenis ke- Tabel 3. Tab ulasi Data R espo nden Kasus-K ontr ol Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur dan Angka Neutrofil Jenis Kelamin Meninggal Hidup Total n % n % n % Laki-laki 22 15,07 73 50,00 95 65,07 Perempuan 16 10,96 35 23,97 51 34,93 Umur (tahun) 30-39 2 1,37 7 4,79 9 6,16 40-49 7 4,79 26 17,81 33 22,60 50-59 8 5,48 32 21,92 40 27,40 >60 21 14,39 43 29,45 64 43,84 Angka neutrofil Tidak neutrofilia 11 7,53 40 27,40 51 34,93 Neutrofilia 27 18,50 68 46,57 95 65,07 Total 38 26,03 98 73,97 146 100 Tabel 4. Hasil Rerata Angka Neutrofil Angka Neutrofil min (%) max (%) x (%) 7.43 92,70 68,88 Tabel 5. Hasil Uji Chi Square Angka Neutrofil dengan Mortalitas IMA Angka Neutrophil Status Total x2 df p Mati Hidup Neutrofilia 27 68 95 0,809 1 0,368 Tidak netrofilia 11 40 51 Total 38 108 146 Tabel 2. Tabulasi Data Angka Neutrofil Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Jenis Kelamin Neutrofilia Tidak neutrofilia Total n % n % n % Laki-laki Perempuan 65 30 44,52 20,54 30 21 20,55 14,38 95 51 65,07 34,93 Umur (tahun) 30-39 40-49 50-59 >60 5 19 23 48 3,42 13,01 15,75 32,88 4 14 17 16 2,74 9,59 11,64 10,96 9 33 40 64 6,16 22,60 27,40 43,84 Total 95 65,07 51 34,93 146 100 4 Mugi Restiana Utami, Hubungan Angka Neutrofil dengan Mortalitas ... lamin laki-laki (65,07%) dan terdapat pada rentang umur lebih dari 60 tahun (43,83%). Hal ini sesuai dengan data tentang prevalensi IMA di Yogyakarta, sekitar 75,61% dari seluruh penderita IMA adalah laki-laki dan sekitar 43,90% IMA terjadi pada kelompok rentang umur lebih dari 60 tahun.8 Sebagian besar dari sampel mengalami neu- trofilia, baik pada kelompok kasus maupun ke- lompok kontrol. Selain itu, pasien yang mengalami neutrofilia memiliki angka mortalitas yang tinggi. Dalam sebuah penelitian prospektif bahwa neutrofilia relatif yang terjadi pada saat pasien ma- suk ke rumah sakit dengan gejala IMA berguna sebagai indikator awal bagi pasien yang beresiko tinggi menderita CHF.9 Neutrofil merupakan salah satu dari sistem imun non spesifik tubuh.10 Neutrofilia pada IMA ter- jadi karena infiltrasi netrofil pada area iskemik mio- kardium Setelah teraktivasi, neutrofil dapat berubah bentuk dan menempel pada endotel.10 Neutrofil bermigrasi ke jaringan miokardium dan difasilitasi oleh molekul adhesi yang terdapat pada sel. Neu- trofil menyebabkan sumbatan pembuluh darah dan melepaskan enzim degradasi dan Reactive Oxy- gen Species (ROS).11 Neutropenia dapat terjadi akibat gagalnya me- nurunkan disfungsi mekanikal, untuk mengurangi aritmia, atau untuk mencegah abnormalitas pem- buluh darah setelah terjadi oklusi. Selain itu juga dapat berkaitan dengan penggunaan obat antihi- pertensi yang diberikan pada pasien IMA Efek neu- trofilia dalam meningkatkan mortalitas IMA dapat menurun akibat penggunaan ACE inhibitor karena memiliki senyawa anti oksidan. Namun dalam se- buah penelitian, kejadian gagal jantung terkait de- ngan neutrofilia sama pada pasien IMA yang meng- gunakan ACE inhibitor dan yang tidak mengguna- kan ACE inhibitor.9 Kondisi hiperglikemia dapat menurunkan akti- vitas neutrofil sehingga dapat meningkatkan keja- dian infeksi pada pasien Diabetes Mellitus. Pening- katan glukosa dalam plasma dapat menghambat degranulasi neutrofil sebaik pada opsonisasi.12 Meningkatnya mortalitas IMA yang meninggal pada kelompok usia yang semakin tua mungkin akibat beberapa faktor yang berhubungan dengan perubahan fisiologis fungsi jantung terkait dengan perubahan usia dalam memberikan respon pada inflamasi miokardium.9 Secara deskriptif, proporsi sampel yang me- ninggal terbesar adalah pada kelompok sampel yang mengalami neutrofilia (18,50%). Namun seca- ra statistik menunjukkan nilai yang tidak signifikan, p=0,409>0,05 artinya angka neutrofil tidak berhu- bungan dengan mortalitas pada kasus IMA yang dirawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogya- karta periode Januari 2006-Juli 2009. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa leukositosis hanya memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian gagal jantung daripada kejadian cardiac event lainnya (kematian, aritmia ventrikular, dan syok kardiogenik) (p= 0,001).7 Oleh karena itu, angka neutrofil tidak bisa dija- dikan sebagai prediktor mortalitas pada IMA karena neutrofil hanya menggambarkan respon imun seca- ra umum atau non spesifik. Banyak faktor yang mempengaruhi sistem imun nonspesifik seseorang, seperti spesies, keturunan, umur, hormon, suhu, faktor nutrisi, flora normal bakteri, dan stres.10 5 Mutiara Medika Vol. 12 No. 1: 1-5, Januari 2012 SIMPULAN Tidak ada hubungan yang bermakna antara angka neutrofil dengan mortalitas pada pasien infark miokard akut di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dirawat selama periode Januari 2006-Juli 2009. DAFTAR PUSTAKA 1. Fenton, D.E. 2008. Myocardial infarction. Diakses pada tanggal 3 April 2009 dari http:// emedicine.medscape.com/article/759321- overview 2. Yahya, A.F. 2009. Terapi penyakit jantung koroner diakses pada tanggal 3 April 2009, dari http://huxleyi.wordpress.com/2009/02/02/ terapi-penyakit-jantung-koroner/ 3. Brown, C.T. 2005. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam H. Hartanto, N. Susi, P. Wulansari, & D.A. Mahanani (Ed.). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC (Original work published 2002) 4. Van Der Wal, A.C., Becker, A.E., Van Der Loos, C.M., Das, P.K. 1994. Site of intimal rupture or erosion of thrombosed coronary atheroscle- rotic plaques in characterized by an inflamma- tory process irrespectiv e of the dominant plaque morphology. Circulation, 89 (1): 36–44 5. Wilson, L. M. 2005. Penyakit aterosklerotik koroner. Dalam H. Hartanto, N. Susi, P. Wulansari, & D.A. Mahanani (Ed.). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC (Original work published 2002) 6. Kyne, L., Hausdorff, J.M., Kninght, E., Dukas, L., Azhar, G., Wei, J.Y. 2000. Neutrophilia and Congestive Heart Failure After Acute Myocar- dial Infarction. Am Heart J. 139 (1 Pt 1): 94- 100. 7. Setianto, B.Y., Rochmah, W., Nurohman, A. 2003. Hubungan Angka Leukosit pada Infark Miokard Akut dengan Kejadian Cardiac Event Selama Dirawat di Rumah Sakit. Berkala Ilmu Kedokteran, 35 (1): 31-37. 8. Widowati, I.,K. 2005, April. Evaluasi terapi obat pada penanganan pasien Infark Miokard Akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta tahun 2005. Repository Archive Center UII. Diakses pada 2 April 2009 dari http://rac.uii. ac.id/index.php/ record/view/77516 9. Baratawidjaja, K. G. 2004. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 10. Wei, J.Y. 2000. Neutrophilia and congestive heart failure after acute MI: Discussion. Diak- ses pada tangggal 10 november 2009 dari http://www.m edscape. com/v iewarticle / 409073_4 11. Yellon, D.M., Hausenloy, D.J. 2007. Mecha- nisms of Disease Myocardial Reperfusion In- jury. New Engl J Med, 357 (11): 1121-1135. 12. Nader, N. D., Sparlin, J. A. 2008. Neutrophilia. Diakses pada tanggal 5 April 2009 dari http:// emedicine.medscape. com/article/208576- overview