Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 177 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 Vol. 5, No. 2, Desember 2018 PROFESI PENDIDIKAN DASAR e-ISSN: 2503-3530 p-ISSN: 2406-8012 DOI: https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.7302 DINAMIKA MERGER SEKOLAH: ANTARA PENGEMBANGAN DAN PROBLEM SEKOLAH Wahdan Najib Habiby1), Aninda Tetrasari Z.H2), Rofiqoh Maldinni3), Ita Noer Prawiti4), Fitri Nur Wulandari5), Qorin Umdatul Millah6) PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) wnh122@ums.ac.id; 2)A510150236@student.ums.ac.id; 3)A510150237@student.ums.ac.id; 4)A510150238@student.ums.ac.id; 5)A510150239@student.ums.ac.id; 6)A510150241@student.ums.ac.id PENDAHULUAN Pembaharuan dalam bidang pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu menjadi sebuah tuntutan kebutuhan di masyarakat dengan mengikuti kebutuhan dan mobilitas masyarakat yang tinggi. Survei dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, yaitu menempati peringkat 8 terbawah atau berada pada urutan 57 dari 65 negara. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pemerintah telah mengupayakan berbagai alternatif kebijakan salah satunya adalah dengan adanya kebijakan penggabungan sekolah (regrouping school). Sutedi (2007) menjelaskan bahwa merger sebagai suatu bentuk penggabungan dua badan usaha, badan usaha yang satu tetap ada dan yang satu dihapuskan secara hukum dan nama yang digunakan adalah nama badan usaha yang ada. Abstrak: The purpose of this study is expected to provide an understanding of the effects of school mergers carried out by SD Sondakan No. 11 Surakarta. In addition, the results of this study can be useful for educational institutions, especially for schools that experience impacts. The merger policy of schools in Surakarta Sondakan State Elementary School No.11 has a positive impact on learning activities in schools, the realization of a comfortable and conducive learning environment. the implementation of activities to develop students' talents through extracurricular activities. The existence of literacy activities before implementing learning. Able to follow and win champions from various competitions both academic and non-academic. For example CCAI competition, PHBS, persami, etc. Negative influence after the school merger for students, social influence, especially in the economic strata. Because guardians of students from these 3 elementary schools have different economies. So that there are still some students who feel isolated and lacking in confidence. Keywords: school development, school merger, positive and negative effect https://doi.org/10.23917/ppd.v1i2.7302 mailto:A510150236@student.ums.ac.id Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 178 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 Tujuan dari kebijakan penggabungan sekolah tertuang dalam Surat Edaran Menteri dalam Negeri Nomor 421.2/2501/Bangda/1998 tentang pedoman pelaksanaan penggabungan sekolah yaitu agar tercapainya efisiensi dan efektifitas sekolah dalam penggunaan anggaran belanja negara untuk pembiayaan pendidikan. Jumlah sekolah yang melebihi kapasitas yang ada di Indonesia, terutama sekolah yang tidak produktif akan menyita anggaran untuk operasional. Sehingga dengan adanya kebijakan penggabungan sekolah, anggaran bagi sekolah yang tidak produktif akan di alihkan untuk usaha peningkatan mutu pendidikan. Saat ini sekolah tingkat dasar yang berdiri di Indonesia telah mencapai 148.244. Khususnya di wilayah Surakarta kecamatan Laweyan kurang lebih terdapat 30 sekolah. Salah satunya adalah SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta. Sekolah ini bertempat di desa Sondakan kecamatan Laweyan Surakarta. SD Negeri Sondakan ini merupakan salah satu SD yang mendapatkan keputusan dari dinas 3 tahun yang lalu untuk menjadi sekolah regrouping (merger) dari tiga sekolah yaitu SD Negeri Premulung, Sondakan, dan Tegalmulya. Hal ini dikarenakan sekolah tersebut berada dilokasi yang saling berdekatan bahkan berhimpitan seperti satu lingkup sekolah. Selain itu, ketiga sekolah tersebut belum memiliki fasilitas halaman untuk melakukan upacara bendera dan tempat bermain bagi peserta didik. Oleh karena itu, ketiga sekolah itu di regrouping menjadi satu sekolah yaitu SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta dengan bangunan dan fasilitas yang baru dan lebih lengkap. Dari proses regrouping hingga saat ini, pasti terdapat pengaruh dan perubahan dari segala aspek, baik guru, siswa maupun yang lainnya. Penelitian mengenai regrouping sekolah dasar ini telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yang memiliki hasil penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Penelitian tersebut diantaranya (1) Sudiyono, dkk dengan judul Dampak Regrouping Sekolah Dasar: Kasus Sd Pakem 1 Di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman memperoleh hasil sebagai berikut : 1) Kebijakan regrouping belum didukung oleh kebijakan teknis operasional terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana dan pengelolaan kelas paralel. 2) Kebijakan regrouping di SD Pakem 1 memberikan dampak positif bagi efisiensi pendanaan sekolah, tetapi tidak efiasien dalam hal pengelolaan aset. 3) Kebijakan regrouping di SD Pakem 1 mengakibatkan terjadinya penurunan ranking prestasi hasil belajar. Sarwa Wibawa (2009) juga melakukan penelitian mengenai dampak penggabungan sekolah dasar terhadap efisiensi, keefektifan, produktifitas dan pelayanan pendidikan di Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul pada tahun 2009. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dampak penggabungan sekolah dilihat dari efisiensi penggunaan dana yang dimiliki sekolah cukup efisien. Tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai efek merger sekolah yang dilakukan oleh SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta. Dari pemahaman tersebut kami dapat mengetahui dampak adanya merger sekolah. Selain itu, hasil penelitian ini dapat berguna bagi lembaga pendidikan khususnya bagi sekolah yang mengalami dampak penggabungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sukmadinata (2009 : 72) menjelaskan penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 179 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Proses pengumpulan data yang kami lakukan adalah dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandasakan kepada tujuan penelitian. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu kepada kepala sekolah, guru, wali murid serta murid di SD Negeri Sondakan No.11 Surakarta. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati suatu objek atau subjek yang diteliti. Dalam penelitian ini kami mengamati kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh seluruh stakeholder SD Negeri Sondakan No.11 Surakarta. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berlandaskan pada efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan, pemerintah mencanangkan kebijakan regrouping terutama untuk sekolah dasar. Kata regrouping merupakan kata lain dari merger/penggabungan. Kata merger lebih dikenal di dalam dunia bisnis. Merger sangat lekat dengan badan usaha terutama badan usaha profit. Merger pada awalnya merupakan salah satu usaha pengembangan dan pertumbuhan perusahaan yang dapat dilakukan dengan cepat. Selain itu, merger merupakan salah satu alternatif untuk investasi modal dan pertumbuhan modal secara internal atau organisasi. Merger dilakukan dengan menggabungkan dan membagi sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. Merger menurut Encyclopedia of Banking and Finance (Gunawan Widjaja, 2002 : 47) adalah “ a combination of two or more corporations where the dominant unit absorbs the passive unit, the former continuing operation, usually under the same name.” Merger adalah kombinasi dari dua atau lebih perusahaan di mana unit yang dominan menyerap unit pasif, perusahaan yang digabung beroperasi terus-menerus, biasanya dengan nama yang sama. Marger yang diterapkan di dalam dunia pendidikan lebih berkaitan dengan perampingan jumlah sekolah. Penggabungan sekolah adalah proses menyatukan dua sekolah atau lebih untuk mencapai pengelolaan yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Konsep dasar penggabungan sekolah (regrouping) yang dikeluarkan oleh menteri dalam negeri tentang pedoman pelaksanaan penggabungan sekolah (regrouping) sekolah dasar (SD) yaitu: (1) Penggabungan (regrouping) SD adalah usaha penyatuan dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan (institusi) SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan; (2) Lingkup penggabungan SD meliputi SD yang terdapat antar desa/kelurahan yang sama dan atau di desa/kelurahan yang berbatasan dan atau antar kecamatan yang berbatasan; (3) Sekolah Dasar kemudian disingkat dengan SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik pemerintah yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; (4) SD inti adalah SD yang terpilih antara beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan di dalam gugus SD Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 180 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 tersebut; (5) SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang menjadi binaan SD inti; (6) SD kecil adalah SD di daerah terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan (Santoso, 2009: 3). SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta di merger pada tahun 2015 atau 3 tahun yang lalu. Jika kebanyakan sekolah di merger karena kekurangan murid maka lain halnya dengan SD Negeri Sondakan No.11 Surakarta. Alasan merger 3 sekolah (SDN Premulung, SDN Sondakan No.11, dan SDN Tegalmulyo) menjadi 1 sekolah antara lain kurang memadainya sarana dan prasarana terutama halaman sekolah. Tiga sekolah tersebut saling bersebelahan dan tidak memiliki halaman sama sekali, jika saat mengadakan upacara menggunakan jalan yang ada di depan, serta tidak adanya halaman bermain bagi anak. Nama sekolah yang diambil setelah di merger yakni SD Negeri Sondakan No. 11 karena lokasi sekolah tersebut berada di kelurahan Sondakan. Penggabungan sekolah atau regrouping berarti mengalami suatu perubahan dalam hal fisik dan non fisik agar bisa dipertahankan. Salah satu sasaran manajemen perubahan adalah mengupayakan agar proses transformasi tersebut itu berlangsung dalam waktu yang relatif cepat dengan kesulitan- kesulitan seminimal mungkin. Keharusan dalam melaksanakan perubahan dalam saat ini tidak boleh menunggu hingga sebuah organisasi tersebut mengalami sebuah proses kemunduran, maka dari itu mereka harus melaksanakan perubahan- perubahan yang perlu diprediksi dan diantisipasi kebutuhan akan perubahan (Santoso, 2009: 3). Dari penjelasan Santoso mengenai merger sekolah, dapat kita ketahui bahwa adanya merger atau penggabungan sekolah itu pasti ada perubahan dalam hal fisik dan non fisik bahkan menjadi sebuah keharusan. Begitu pula dengan SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta ini setelah terjadi penggabungan terdapat perubahan dalam berbagai hal seperti perubahan sarana prasarana, sumber daya manusia, administrasi, bentuk kepemimpinan, dan masih banyak lagi. Setelah di merger, terjadi sistem mutasi PNS dan guru dipindah tugaskan. Termasuk kepala sekolah yang sebelumnya ada tiga harus diambil satu yaitu kepala sekolah dari SD Negeri Sondakan No. 11. Kepemimpinan kepala sekolah telah mampu merubah kondisi sekolah dengan meningkatkan kualitas pelayanan sekolah di segala bidang. Pada bidang sarana dan prasarana kepala sekolah mengajukan perbaikan gedung. Gedung dari tiga atap bangunan sekolah tersebut sekarang menjadi satu atap bangunan bertingkat hingga 3 lantai. Menurut Haris Budiyono (2011) menjelaskan bahwa proses sosialisasi dan implementasi kebijakan merger SDN memerlukan sikap kooperatif dan pertisipatif stakeholders pendidikan SDN, baik yang digabung maupun yang digabungi sehingga 2 kepentingan dapat dikelola dan dicapai dengan baik. Dari observasi yang telah kami lakukan, stakeholders yang ada di 3 SD ini cukup kooperatif dan berpartisipasi dalam mensosialisasikan dan mengimplementasikan kebijakan merger menjadi SDN Sondakan ini. Namun, dalam melaksanakan kebijakan ini pasti juga ada efek dan hambatan bagi warga sekolah. Adanya perubahan ini akan menimbulkan beberapa efek terhadap warga anggota di sekolah. Hal ini juga dijelaskan oleh Crayonpedia dalam Tesis yang ditulis oleh Murdono dengan judul Pengelolaan Sekolah Dasar Regrouping “Dampak Pengelolaan Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 181 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 regrouping yang dikelola dengan baik, perencanaan yang matang, serta peran kepala sekolah yang optimal akan memberikan dampak yang positif bagi pengelolaan sekolah. Sebab dengan hanya satu kepala sekolah di satu kompleks SD, akan terjadi efisiensi dan kemudahan dalam pengawasan” (crayonpedia, 2009: 3). Artinya adanya regrouping / merger akan memiliki dampak positif maupun negatif. Dampak yang ditimbulkan oleh merger sekolah ini tergantung dari pengelolaan, perencanaan yang matang, serta peran kepala sekolah yang optimal. Apabila hal tersebut telah dilakukan dengan maksimal maka akan berdampak positif. Namun apabila masih belum matang dan salah satu dari faktor tersebut kurang maka akan lebih banyak dampak negatif yang dirasakan yang berarti kurang berhasil dan perlu pembenahan. Adanya penggabungan sekolah (merger) ini memberikan efek atau pengaruh dalam berbagai segi terutama dari guru, wali murid, maupun siswanya sendiri. Hasil wawancara kami dengan beberapa guru dari 3 Sekolah Dasar tersebut tentang efek positif dan negatif yang dirasakan setelah adanya merger sekolah ini. Efek positif tersebut adalah sebagai berikut: (1) Guru senang karena mendapatkan banyak teman baru; (2) Belajar demokrasi dan memahami berbagai macam karakter seseorang yang pasti berbeda; (3) Mendapatkan banyak wawasan karena sekolah ini memiliki kelas paralel (kelas A, B, dan C), sehingga setiap membuat program untuk kelas ketiga guru kelas tersebut harus bermusyawarah bersama dan sharing. Setiap perubahan tidak hanya efek positif yang diberikan, pasti juga ada efek negatif yang dirasakan. Berikut ini efek negatif yang dirasakan oleh guru: (1) Beberapa guru masih menunjukkan keegoan masing-masing, sehingga terkadang sulit untuk diajak bekerjasama jika tidak sesuai dengan kemauan sendiri; (2) Harus mengulang administrasi kelas karena banyak data yang hilang dan berubah; (3) Harus mengenal kembali karakteristik siswa dan merubah metode belajara sesuai dengan karakteristik siswa yang diampu, karena sistem pembagian kelas dibagi rata tidak mendapatkan siswa dari sekolah yang lama. Karena terjadi sistem mutasi PNS dan pemindahan tugas, saat ini banyak guru baru di sekolah tersebut yang bukan berasal dari tiga sekolah dasar tersebut. Namun para guru tetap berusaha untuk saling mengenal dan memahami karena dari awal sudah termasuk 1 gugus. Sebelum di merger guru-guru antara 3 sekolah tersebut berhubungan baik kadang melaksanakan piknik bersama. Setelah adanya merger sekolah baru kelihatan adanya perbedaan antar guru-guru, komunikasi yang di lakukan kebanyakan berhubungan dengan pekerjaan saja. Dalam melaksanakan kegiatan sekolah ada guru yang cepat tanggap untuk merealisasikan kegiatan tersebut, namun juga ada yang kurang tanggap. Selain dengan guru-guru, kami juga mewawancarai beberapa orang tua siswa yang merasakan penggabungan sekolah tersebut. Hasil wawancara yang kami dapatkan bahwa mereka merasa senang karena mendapatkan banyak teman. Selain itu hubungan antara perangkat sekolah dengan orang tua siswa semakin bagus, orang tua siswa selalu ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Bahkan di SDN Sondakan No.11 ini mempunyai organisasi bagi orang tua siswa. Organisasi orang tua siswa antara lain: Komite dan Kelompok Adiwiyata. Kelompok ini merupakan kumpulan perwakilan dari Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 182 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 beberapa orang tua wali murid dari kelas 1 hingga kelas 6. Mereka selalu dilibatkan dalam kegiatan sekolah terutama kegiatan di luar sekolah seperti perlombaan, perkemahan, dll. Kelompok Adiwiyata ini bekerjasama dalam memfasilitasi kebutuhan siswa maupun dalam menjayakan sekolah ini. Kami juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa. Sebelum di merger kegiatan di sekolah masih sangat sedikit, namun setelah di merger banyak ide-ide dari guru sehingga dapat merealisasikan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan bakat siswa. Kegiatan tersebut berupa kegiatan literasi dan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan yaitu Seni Musik, Seni Tari, Melukis / menggambar, Pencak Silat, Taekwondo, Drumband, dan Pramuka. Dengan adanya ekstrakulikuler ini yang menghadirkan ahlinya membantu siswa dalam mengembangkan bakat mereka. Adanya merger ini juga memberikan efek yang sangat baik bagi para siswa. Sekolah mulai mengikuti dan meraih juara dari berbagai lomba baik akademik maupun non akademik. Misalnya lomba CCAI, PHBS, persami, dll. Hal ini menjadi salah satu stimulus dan sebagai motivasi bagi seluruh peserta didik di SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta untuk terus berprestasi. SD N Sondakan No. 11 bekerja sama dengan dinas pendidikan kota surakarta untuk mengadakan kegiatan literasi membaca dengan cara menghadirkan perpustakaan keliling, perpustakaan keliling memberikan fasilitas belajar siswa untuk membaca. Dengan adanya banyak kegiatan menjadikan sekolah tersebut menjadi lebih hidup dan bersemangat untuk sekolah. Kegiatan literasi yang dilakukan di SD N Sondakan No. 11 meliputi: 1. Hari Senin berupa Upacara (penanaman pendidikan karakter bagi siswa : Nasionalisme, Disiplin, Kepemimpinan, dll) 2. Hari Selasa berupa Literasi bersama guru kelas di kelas masing-masing (15 menit sebelum belajar : kegiatan keterampilan : cerita, puisi, dll) 3. Hari Rabu berupa Literasi Agama (dengan membaca surat-surat dalam Juz 30, menanamkan jiwa Religius) 4. Hari Kamis berupa Literasi Membaca (membaca buku dari perpustakaan keliling) 5. Hari Jumat berupa Literasi Senam (senam poco-poco olahraga, senam pinguin, dan senam gemu fa mire). Pengaruh negatif setelah adanya merger sekolah bagi siswa, adanya pengaruh sosial terutama dalam strata ekonomi. Karena wali murid dari 3 sekolah dasar tersebut memiliki perekonomian yang berbeda. Sehingga beberapa siswa masih ada yang merasa terkucilkan dan kurang percaya diri. Namun, setiap guru dan wali kelas selalu memberikan arahan dan nasihat kepada seluruh siswa, selain itu dengan diadakan kegiatan-kegiatan bersama ini juga akan membiasakan anak untuk dapat bersosialisasi lebih baik dengan teman sebaya, kakak kelas, adik kelas, maupun para guru dan staf karyawan. Kendala setelah di merger bagi operator yakni pada kegiatan pendataan, memerlukan lebih banyak waktu, lebih banyak data yang di urus. Sehingga operator sekolah harus pandai-pandai dalam membagi waktu. Jika kendala bagi guru mata Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 183 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 pelajaran yakni pada penyesuaian waktu / jadwal. Sebelum banyak kegiatan bagi siswa, guru harus memikirkan solusi agar siswa tidak merasa bosan dan siswa menjadi bersemangat sekolah. SD Negeri Sondakan menjadi sorotan atau selalu diawasi oleh pemerintah. Sekolah yang pelaksanaan belajarnya 5 hari kerja dari Senin – Jumat. Implementasi merger yang dilaksanakan oleh SDN Sondakan ini dirasa belum maksimal dan masih banyak kendala yang dirasakan oleh warga sekolah di dalamnya. Namun hal ini wajar karena menurut Subarsono (2008: 119), “suatu program pendidikan dapat menghasilkan pendidikan berkualitas dan tentunya untuk sampai kepada pendidikan bermutu memerlukan perencanaan yang matang. Menurutnya keberhasilan memerlukan masa dan proses yang cukup panjang minimalnya baru dapat dilihat dalam waktu 5 tahun”. Sedangkan SDN Sondakan sendiri dilakukan merger baru berjalan 3 tahun, sehingga belum terlihat keberhasilan dan kemapanannya. Penelitian Sudiyono, dkk dengan judul Dampak Regrouping Sekolah Dasar: Kasus Sd Pakem 1 Di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Memiliki hasil yang berbeda dengan hasil penelitian yang kami lakukan dikarenakan penyebab regrouping antara SD Pakem 1 dengan SD Negeri Sondakan No. 11 berbeda. SD Pakem 1 di regrouping karena kekurangan siswa, sedangkan SD yang kami teliti diregrouping karena sarana prasarana yang kurang memenuhi syarat dan kurang memfasilitasi siswa dalam belajar dan bermain. Namun dampak positif dan dampak negatif yang dirasakan hampir sama. SIMPULAN Merger sekolah yang di laksanakan di SD Negeri Sondakan No. 11 Surakarta memberikan dampak positif maupun negatif bagi siswa. Setelah adanya merger sekolah, sekolah tersebut dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya dengan baik. Terutama kegiatan yang berhubungan di luar kelas seperti upacara, senam, kegiatan ekstrakulikuler. Siswa selalu terlibat dalam kegiatan sekolah terutama kegiatan di luar sekolah seperti perlombaan, perkemahan, dll. Serta dengan banyaknya guru juga dapat mengembangkan sekolah dengan baik. Namun masih ada salah satu hal yang menjadi kekurangan dalam pelaksanaan merger sekolah ini. Perbedaan sosial antar wali siswa dari 3 SD sebelumnya menjadi penyebab kekurangan tersebut. Dinamika Merger Sekolah..........(Wahdan NH., dkk) 184 JPPD, 5, (2), hlm. 177 - 184 DAFTAR PUSTAKA Budiono, Haris. (2011). Kajian Implementasi Kebijakan “Regrouping” SDN di Kota Bekasi. Region Volume III. No. 1 (Maret 2011) Gunawan Widjaja. 2002. Merger dalam Perspektif Monopoli. Jakarta: Raja Grafindo Persada: 47. Purwaningsih, Ika. 2014. “Implementasi Kebijakan Regrouping Sekolah Dasar di Kabupaten Purworejo”. Skripsi. FKIP-UNY Murdono. 2012. “Pengelolaan Sekolah Dasar Regrouping: Studi Situs SDN Gondosuli 2 dan 3 Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang”. Tesis. Surakarta: UMS Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Sukmadinata, Nana S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Octavia, Lilis. S., dkk. 2017. “Efisiensi Regrouping Sekolah Ditinjau Dari Peran Stakeholder Untuk Penguatan Pendidikan Karakter”. Seminar Nasional Pendidikan Sinergitas Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Malang: Manajemen Pendidikan UNM Santoso. 2009. Program Penggabungan Sekolah Dasar (regrouping SD) Kota sukabumi. http://bestpractice.yipd.or.id/best/getfilespracticedetail/487. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 : 3 Wibawa, Sarwa. 2009. “Dampak Penggabungan Sekolah Dasar terhadap Efisiensi, Keefektivan, Produktivitas, dan Pelayanan Pendidikan di Kabupaten Bantul”. Tesis. PPs-UNY Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudiyono, dkk. 2009. Dampak Regrouping Sekolah Dasar: Kasus Sd Pakem 1 Di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/files/penelitian http://bestpractice.yipd.or.id/best/getfilespracticedetail/487 http://staff.uny.ac.id/files/penelitian